Pameran Mobil, Mimpi Panjang Mobil Nasional


Pameran Mobil, Mimpi Panjang Mobil Nasional
(written: Wednesday, Aug 3, 2011)

IIMS (Indonesia International Motor Show) 2011 baru saja berakhir. Event tahunan yang digelar sejak 1986 ini disebut-sebut sebagai motor show event terbesar di Asia Tenggara, mengalahkan Bangkok Motor Show. Berbagai catatan ditorehkan selama pameran yang berlangsung selama 10 hari tersebut. Pameran diikuti oleh 38 merk otomotif di tanah air, menghasilkan transaksi sebesar 3.3 trilyun rupiah, membukukan penjualan hingga 11,500 unit mobil, dan dikunjungi oleh lebih dari 322 ribu orang. Luar biasa. Lalu?

Sebenarnya seperti namanya, pameran mobil tersebut hanya bertujuan untuk memamerkan produk2 yang dihasilkan oleh industri otomotif. Dan biasanya event ini juga digunakan oleh pemegang merk untuk meluncurkan produk2 baru, sekaligus memaparkan konsep masa depan dari produk2 mereka. Namun para produsen juga ngga mau rugi. Mereka sekaligus menawarkan produk2 tersebut. Jualan mobil. Kalau mau jujur, sebenarnya promo yang mereka tawarkan di pameran juga tidak berbeda jauh dengan di luar pameran. Lalu kenapa animo konsumen demikian besar di pameran tersebut?

Pada dasarnya saat ini secara model dan teknologi kendaraan, hampir semua merk sudah mengusung kualitas yang setara. Mungkin yang membedakan hanya pelayanan purna jualnya saja. Nah, jika semua sudah sama, yang menentukan tinggal selera. Masalahnya orang pun kadang bingung dengan seleranya sendiri. Jadi dengan adanya pameran mobil, dimana semua merk menampilkan produknya, maka konsumen bisa membandingkan secara langsung mobil2 yang mereka incar. Jadi pada saat pameran langsung bisa mengambil keputusan. Ini yang menyebabkan penjualan cukup tinggi saat pameran.

Selain jualan mobil, apakah pameran tersebut menghasilkan sesuatu? Oh, tentu saja. Event tersebut mampu membuka mata dunia bahwa negara sekecil Indonesia mampu membuat pameran mobil kelas dunia seperti itu. Bisa jadi beberapa tahun mendatang pameran mobil ini akan mampu disejajarkan dengan Tokyo Motor Show atau Paris Motor Show. Jelas membanggakan. Kalau dilihat dari sisi gengsi.

Tapi kalau kita berpikir ulang, akan jauh lebih membanggakan jika pada saat pameran tersebut Indonesia bisa menampilkan mobil nasional ciptaan anak bangsa, sejajar dengan merk2 mobil lain. Namun kapan ya kita bisa seperti itu?

Sebelumnya, kita harus mendefinisikan apa itu mobil nasional. Mobil nasional bukan semata2 mobil yang diproduksi di Indonesia, oleh orang Indonesia. Jika kriteria mobnas hanya itu, maka Toyota dan Daihatsu sudah bisa dikategorikan mobnas. Karena Toyota Innova, Avanza-Xenia, dan Rush-Terios sudah diproduksi di Indonesia, oleh orang Indonesia juga. Namun teknologi yang digunakan masih teknologi Jepang, desaign dibuat di Jepang, dan komponen2 penting juga masih diproduksi di Jepang. Dan karena 2 merk ini masih terafiliasi dengan perusahaan induknya di Jepang, maka rule produksi juga masih harus mengikuti rule perusahaan Jepang tersebut, dan yang pasti keuntungan juga masih mengalir ke Jepang.

Ngga berarti mobil nasional harus memiliki teknologi sendiri yang original ditemukan di Indonesia. Jepang dulu juga mentransfer teknologi otomotif dari Amerika. Namun dengan luar biasa mereka bisa melakukan pengembangan atas teknologi tersebut dan sekarang menjadi salah satu pemain terkuat di dunia. Ini sebenarnya masalah mudah. Orang Indonesia termasuk sangat pandai dalam hal teknologi. Orang Indonesia sudah ada yang jadi professor di salah satu universitas terkemuka di dunia dalam usia muda. Beberapa kali siswa Indonesia juara dalam olimpiade Fisika dan Matematika tingkat dunia. Demikian juga dalam kontes robot di Jepang, mahasiswa Indonesia sudah beberapa kali berjaya. Yang paling berhubungan dengan dunia otomotif adalah kontes Shell Eco-marathon, yaitu kontes membuat mobil yang hemat bahan bakar, dimana team dari Indonesia berhasil menyabet beberapa gelar. Kemenangan2 tersebut sudah membuktikan bahwa dari sisi human resource, orang Indonesia tidak kalah dari negara2 lain.

Bisnis otomotif bukan hanya soal manpower. Tapi lebih dari itu. Bisnis otomotif adalah bagaimana memenuhi ekspektasi konsumen baik dalam hal desain mobil, harga, maupun pelayanan purna jualnya. Untuk membuat mobil sepertinya hal yang mudah bagi orang Indonesia. Tapi membuat mobil seperti yang diharapkan konsumen, itu beda cerita Toyota membutuhkan lebih dari 70 tahun untuk membangun kerajaan bisnisnya hingga bisa jadi sebesar ini. Jadi ini memang bukan urusan mudah.

Sebenarnya apa sih yang diharapkan oleh konsumen? Tentu desain dan teknologi yang bagus, harga terjangkau, dan pelayanan purna jual yang memuaskan. Desain dan teknologi, tentu kita bisa. Purna jual yang memuaskan? Wah, kita sih udah jagonya untuk memanjakan konsumen. Harga terjangkau? Hmm..ini sulit.

Seperti diketahui, komponen harga sangat dipengaruhi oleh faktor economic of scale. Kalau kita baru bisa produksi mobil dalam unit yang terbatas, maka harga otomatis akan tinggi. Ini akan menajdi kendala. Perusahaan2 pemasok komponen juga tidak akan mau melayani pesanan dalam jumlah kecil karena tentu tidak menguntungkan. Toyota, seperti halnya beberapa perusahaan Jepang lainnya, melakukan system Keiretsu. Keiretsu adalah kelompok yang terbentuk dari satu perusahaan yang sangat besar dan ratusan atau ribuan perusahaan kecil yang mengikuti perusahaan besar tersebut (Wikipedia). Jadi Toyota memiliki banyak perusahaan pemasok yang masih merupakan kelompok mereka, sehingga Toyota mempunyai posisi tawar yang sangat kuat untuk mengendalikan produksi dan harga dari pemasok2 tersebut.

Terkait dengan economic of scale, apakah nantinya jika mobnas diluncurkan peminatnya akan banyak? Ini juga jadi pertanyaan besar. Kalau peminatnya besar (seperti Proton di Malaysia), dalam waktu singkat faktor harga akan terpecahkan. Problemnya adalah jika ternyata konsumen masih Japan minded atau Europe minded. Industri mobnas akan susah berkembang.

Peran dan dukungan pemerintah juga sangat dominan dalam memajukan industri mobnas. Kemudahan2 perlu diberikan pada awal berdirinya project mobnas ini, dari mulai kemudahan dalam hal pajak, perijinan, subsidi dll. Tentu dengan kontrol yang ketat, sehingga kemudahan2 tersebut ngga disalahgunakan seperti yang selama ini terjadi.

Nah dari analisa sederhana di atas, sebenarnya banyak yang harus dibenahi. Yang perlu dibangun adalah industri penopang lebih dulu. Pemasok ditingkatkan kualitasnya, disejajarkan dengan kualitas mobil merk lain. Dan yang paling penting adalah semua pihak mendukung. Pihak industri, pemerintah, dan masyarakat. Dan bisa jadi di tahun 20XX mimpi kita akan berakhir dengan kenyataan, dan mobil nasional bisa ikut bersanding sama tinggi di event motor show terbesar di dunia.

Ada Amen, saudara? 😉

3 comments

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s