Sebenarnya sejak tahun lalu saya sudah ingin mengunjungi Kamakura. Namun karena waktu yang terbatas, belum sempat dikunjungi. Tahun ini saya memiliki kesempatan lagi untuk mengunjungi Jepang, dan saya akhirnya bisa mengunjungi Kamakura.
Kenapa Kamakura? Karena tempatnya tidak terlalu jauh dari Tokyo, tempat saya tinggal selama di Jepang, dan karena saya sangat suka dengan suasana kota tua. Kamakura bisa ditempuh dalam waktu sekitar satu jam dari Tokyo. Saat itu saya menggunakan kereta Shonan-Shinjuku line dari stasiun Ikebukuro. Oya, seperti biasa saya menggunakan JR Pass, dan karena line ini masih merupakan JR line, maka biayanya masih gratis.
Stasiun KamakuraHampir 900 tahun yang lalu, Kamakura adalah pusat pemerintahan Jepang. Tepatnya di jaman kekuasaan Kamakura Shogun. Dan pada saat kekuasaan Shogun tersebut berakhir, konon lebih dari 6000 orang melakukan bunuh diri bersama. Serem yak…
Kamakura terkenal dengan kuil Buddha dan Shinto yang tersebar di seluruh kota. Sebenarnya kalau mau mengelilingi Kamakura, satu hari pasti tidak cukup. Jadi kalau cuma punya waktu sehari (well, practically cuma setengah hari karena berangkat pagi pulang sore), pilih saja area mana yang ingin dikunjungi. Karena ini merupakan kunjungan pertama, maka saya memilih area yang paling mainstream di mana terdapat patung Buddha raksasa, yaitu di area barat Kamakura. Toh banyak juga kuil yang megah di area ini.
Oya, karena bulan Juni sudah mulai masuk musim panas, maka turis sudah mulai berdatangan ke Kamakura. Apalagi saya datang di akhir pekan, jadi sejak dari stasiun, Kamakura terasa penuh sesak oleh turis, terutama turis lokal. Kalau saja ini bukan musim panas, saya tidak akan susah payah mengantri kereta lokal (Enoden) dari Stasiun Kamakura ke obyek yang ingin saya kunjungi. Saya pasti akan memilih berjalan kaki karena memang tidak terlalu jauh jaraknya. Namun karena cuaca sudah cukup panas, maka saya memilih naik kereta saja walaupun antriannya panjang dan nyaris tidak bisa bernafas di dalam kereta hahaha. Alasan lain adalah, keretanya keren, keliatan antik gitu. Jadi saya mengantri sampai 3 batch baru bisa masuk ke kereta, itu pun masih berdesak-desakan 😅. Oya, harga tiket keretanya sekitar 300-400 yen sekali jalan. Tapi kalau mau, bisa juga beli daily pass harganya 600 yen, bisa dipakai pulang pergi dan turun naik di stasiun-stasiun yang diinginkan sampai ke Fujisawa.
Antrian di Enoden Station Enoden Train Sesaknya penumpang Enoden TrainSaya turun di Enoden Hase Station dan dari situ berjalan kaki ke tempat-tempat yang ingin saya kunjungi. Jepang, terutama Kamakura, sangat indah di musim panas seperti ini. Bunga-bunga terlihat bermekaran di semua penjuru kota. Semua orang memiliki pot tanaman di depan rumahnya yang berisi beraneka warna bunga yang bermekaran di awal musim panas ini. Yang paling menarik perhatian adalah banyaknya bunga ajisai atau ada juga yang menyebutnya bunga hortensia dengan warna-warna cerah yang menyejukkan mata. Bunga-bunga ini juga banyak terlihat ketika saya mampir di beberapa kuil kecil di sepanjang jalan.
Turis lokal menyewa kimono di Kamakura Bunga Ajisai di sebuah kuil Ajisai putij Bunga Ajisai di halaman sebuah kuilSaya benar-benar menikmati suasana kota tua dan bunga-bunga yang bermekaran sambil berjalan kaki dan sama sekali tidak merasa dikejar waktu. Apalagi mendadak cuaca mendung dan hawa musim panas berkurang drastis, sehingga setelah sadar saya cuma punya waktu untuk mengunjungi kuil Hase Dera dan patung Buddha raksasa saja.
Kuil Hase Dera merupakan salah satu kuil besar yang terdapat di Nara dan Kamakura. Tiket masuknya sebesar 300 Yen. Kuil ini terkenal dengan patung kayu raksasa berwujud dewi berkepala 11. Sayangnya saya tidak berhasil menemui patung kayu tersebut karena asyik sendiri menikmati taman cantik yang mengelilingi kuil. Menurut cerita, taman di kuil ini termasuk salah satu yang terindah di antara kuil-kuil di kota Kamakura. Selain itu, kondisi kuil yang penuh sesak dengan turis membuat antrian untuk melihat spot-spot tertentu jadi lebih panjang, jadi saya lebih memilih bersantai menikmati lingkungan kuil.
Kolam di Hase Dera Temple Taman di Hase Dera TempleDi bagian atas terdapat kuil utama yang indah dan juga penuh sesak oleh pengunjung. Di dekat kuil ini kita bisa melihat pemandangan kota Kamakura ke arah pantai dari ketinggian. Dan ini membuat saya berencana mengunjungi pantainya sebelum pulang ke stasiun nanti.
Pemandangan Kamakura dari Hase Dera Kuil utama Hase DeraDari Hase Dera saya melanjutkan perjalanan ke kuil Kotokuin, tempat di mana terdapat patung Buddha raksasa yang paling terkenal di Kamakura. Sepanjang perjalanan yang cuma sekitar 10-15 menit itu saya sangat menikmati suasana kota yang benar-benar beraura Jepang. Kota tetap terlihat tenang walaupun turis melimpah ruah. Di kanan kiri terdapat banyak toko penjual makanan dan souvenir. Di salah satu toko saya melihat antrian orang membeli es krim yang terlihat sangat menarik. Warnanya ungu dan tampak segar sekali di tengah gerahnya udara musim panas. Ternyata warna ungu dihasilkan dari bahan utama berupa ubi ungu. Karena saya kuatir tidak suka dengan rasanya, maka saya membeli es krim dengan rasa campuran ubi ungu dan green tea. Dan ternyata itu pilihan yang tepat sekali, rasa ubi ungu yang manis bercampur dengan rasa green tea yang agak pahit membuat campuran rasanya jadi nikmat sekali di lidah.
Es krim green tea dan ubi ungu Rickshaw atau becak khas JepangSetelah membayar 200 yen, saya memasuki area kuil yang juga penuh dengan pengunjung. Kuil ini dikenal juga dengan sebutan Kamakura Daibutsu. Daibutsu artinya Great Buddha. Di tengah area kuil terdapat sebuah patung Buddha yang sedang duduk bermeditasi yang terbuat dari perunggu setinggi 13 meter berusia hampir 800 tahun. Walaupun penuh dengan pengunjung yang sibuk berebutan mengambil foto namun anehnya suasana terasa sangat tenang bahkan hingga saya bisa mendengar suara daun yang tertiup angin. Karena ketenangan ini saya memutuskan untuk beristirahat di area kuil ini.
Kamakura Daibutsu Patung Buddha raksasa di KamakuraSetelah puas beristirahat, menjelang sore saya berjalan kembali ke arah stasiun untuk mengunjungi pantai terdekat, yaitu pantai Yuigahama. Sampai di pantai ternyata banyak juga turis yang datang walaupun pantainya tidak sebagus pantai-pantai di Indonesia. Pantai ini lebih mirip pantai landai di kawasan Anyer dengan pasir berwarna gelap. Jauh di tengah laut terlihat banyak orang sedang melakukan olah raga layar.
Olahraga Layar di Yugahama BeachMenurut tour guide group di sebelah yang berbicara keras sekali (iya, saya nguping 😁), di awal musim panas biasanya ada upacara ‘beach opening’ yang dilakukan masyarakat setempat, sekitar akhir Juni atau awal Juli. Setelah opening ceremony tersebut baru pantai dibanjiri oleh pengunjung. Jadi banyaknya turis yang saya temui hari ini belum ada apa-apanya dibanding kelak setelah opening ceremony. Anyway si tour guide tadi berbicara sambil teriak-teriak ternyata cuma ke beberapa orang anggota groupnya saja karena sebagian besar sudah langsung berhamburan ke laut untuk berenang hahaha.
Suasana pantai Yuigahama di sore hari Pantai Yugahama KamakuraSetelah puas menikmati kunjungan pertama saya ke pantai di Jepang, saya kembali ke stasiun Hase Dera untuk naik kereta ke stasiun Kamakura dan kembali ke Tokyo. Sampai di stasiun saya baru sadar bahwa saya terlalu menikmati perjalanan saya hari ini sampai saya lupa makan siang. Jarang banget ini terjadi hahaha.
Bunga-bunga bermekaran di musim panas Bunga di musim panas di Kamakura Bunga di tepi jalan di KamakuraHase Dera Temple