Senang dan Kenyang di Palembang – 3


Baca cerita sebelumnya di sini 

Penerbangan pulang ke Jakarta di hari berikutnya jam 5 sore, jadi gue bangun agak siang. Setelah sarapan gue sekalian check out dan titip tas di concierge. Kemudian mampir bentar ke toko oleh-oleh di sebrang hotel untuk beli pempek. Bukan kok, bukan oleh-oleh buat siapa-siapa, tapi buat gue sendiri karena udah kesengsem sama enaknya pempek Palembang, apalagi yang kulit *ngiler. ((( KESENGSEM ))) 😂😂😂. Etapi ditinggal dulu pempeknya karena gak boleh lama-lama di luar freezer. Trus gue lanjut jalan-jalan lagi.  

Hari ini mau ke Pulau Kemaro, jadi harus ke daerah benteng dulu deket jembatan Ampera baru nyebrang naik boat. Karena pagi menjelang siang ini panas banget, gue niat naik taksi aja, nyegat di depan toko oleh-oleh. Tiba-tiba ada becak brenti dan nawarin nganterin. Gue udah nolak karena emang panas banget. Lagian kasian sama si abang becaknya panas-panas gini. Tapi si abang maksa-maksa, katanya blom dapat penumpang dari pagi. Gue blom nyebutin harga aja dia langsung bilang ‘bayarnya TUJUH SETENGAH aja gpp deh, yang penting dapat duit’. Gue tetep gak mau, panas banget soalnya. Si abang tetep maksa sampe bilang ‘bayar ENAM RIBU aja deh’. Segitunya. Karena kasian ya udah gue naik. Ngobrol sama temen ntar ngasinya 30 ribu aja sama dengan tadi malam, kasian soalnya. Trus panas-panasan lah gue naik becak sampe item gini. 

 

Pas nyampe di benteng, si abang masuk sampe ke parkiran dan brenti di tengah-tengah mobil-mobil yang parkir, kayak sembunyi gitu. Trus pas gue ngasi 30 rebu dia mulai marah-marah, katanya seorang 75 ribu jadi dua orang harus bayar 150 rebu. Aneh banget. Yang bikin bete itu dia menyangkal tadi bilang 6 ribu. Alasannya lebih gak masuk akal. Katanya kalo naik taksi aja 60 ribu, jadi becak harus lebih mahal karena capek. Lhaaa mendingan gue naik taksi aja, lebih cepet lebih murah dan pake AC. Karena dia ngeyel terus akhirnya gue tantangin untuk dibawa aja ke polisi sekalian. Dia bilang ayo, tapi pas gue jalan ke arah pos polisi dia diem aja di tempat sambil merepet gak jelas. Ya gak berani lah, tarif normal 20 rebu minta 150 rebu. Yawes gue tinggal aja. 

 

Sebenarnya ada 2 jenis transportasi ke pulau Kemaro, yaitu menggunakan perahu boat dan perahu ketek. Kedua perahu tersebut menggunakan mesin, Perahu ketek menggunakan mesin yang lebih kecil, sehingga lebih lambat, biayanya juga lebih murah. Sedangkan perahu boat menggunakan mesin yang lebih besar sehingga lebih cepat dan tentu saja lebih mahal. Gue sih pilih perahu boat karena agak serem kelamaan di sungai Musi, lagian waktunya terbatas hehehe. Jadi naik perahu boat berdua temen gue bayarnya 150 ribu. Ini bener-bener gue pastikan biar gak kejadian lagi diperas pada saat turun dari perahu.


Perjalanan naik perahu boat dari dermaga di dekat Jembatan Ampera ke Pulau Kemaro makan waktu sekitar 15-20 menit. Selama perjalanan kita bisa menikmati aktifitas warga di sungai Musi dan sekitarnya. Selain pengunjung yang melakukan perjalanan ke Pulau Kemaro, banyak juga terlihat kapal nelayan dan kapal-kapal pengangkut beraneka barang yang berlalu lalang di sungai Musi. Ada juga rumah-rumah warga di sepanjang pinggiran sungai, rumah terapung, klinik terapung, dan banyak hal menarik lainnya. Sampai di Pulau Kemaro gue disambut oleh cuaca yang luar biasa panas dan terik. Baru keluar perahu aja rasanya kulit udah gosong hahaha.

 ​

​​


Pulau Kemaro merupakan delta di sungai Musi. Pulau ini sangat kering dan gersang. Mungkin itu sebabnya dinamakan Kemaro (kemarau). Satu-satunya obyek wisata di pulau ini adalah klenteng dengan pagoda kecil di sebelahnya. That’s it. Yang menarik itu justru legenda tentang tragedi cinta yang ada di pulau ini. Ceritanya ditulis di sebuah batu besar di sebelah klenteng. Percaya? Gue sih kagak hahaha. Masuk ke tengah pulau, ada pagoda lagi yang lebih besar, yang terlihat lebih indah dari pagoda kecil di dekat klenteng. Pagoda ini dihias dengan patung 2 buah naga di sisi kanan dan kiri tangga naik, sementara di bagian depannya terdapat patung 2 ekor singa. Di sebelah pagoda terdapat patung seorang bhiksu Buddha berwarna kuning emas. Gue gak lama-lama di pulau ini. Gak kuat panasnya, cuyy. Jadi setelah foto-foto sekitar 20 menit, gue balik lagi ke dermaga dan kembali ke Jembatan Ampera.


Karena kemarin dan tadi dalam perjalanan ke benteng gue sempat melewati kawasan pasar, gue menyempatkan diri melihat-lihat Pasar Ilir 16. Pasar ini sedang diperindah untuk menyambut Asian Games 2018. Bagian gedung pertokoan dicat dengan warna-warna cerah, sehingga terlihat menarik. Gue foto-foto sebentar di sini lalu melanjutkan perjalanan ke tujuan terakhir, yaitu Museum Balaputra Dewa. Gue naik taksi ajalah, daripada ada drama lagi ntar hahahaha.


Apa yang paling gue cari di Museum Balaputra Dewa ini? Rumah Limas yang gambarnya ada di duit 10 ribuan yang lama hehehe. Museum yang terdiri dari beberapa buah bangunan ini baru berusia sekitar 30 tahun dan berisi ribuan koleksi, dari mulai barang-barang kuno dan tradisional khas Palembang, beberapa peralatan dari jaman pra-sejarah, sampai ke patung-patung kuno dan beberapa peninggalan jaman perang kemerdekaan.

 

Akhirnya saat yang ditunggu-tunggu tiba juga. Gue berdiri di depan Rumah Limas yang gambarnya ada di lembar uang 10 ribu lama. Rumah tradisional ini terletak di halaman belakang museum Balaputra Dewa. Berusia lebih dari 180 tahun, Rumah Limas ini sudah 3 kali berpindah tempat dan sudah 30 tahun lebih berada di tempatnya sekarang. Dengan didampingi oleh petugas setempat, gue masuk ke dalam rumah panggung ini. Interior rumah masih terawat dengan baik, termasuk perabotan-perabotan tua di dalamnya.

 

Setelah puas mengunjungi museum, tiba waktunya untuk kembali ke Jakarta. Dalam perjalanan ke hotel untuk mengambil barang bawaan, gue gak lupa sekalian mengambil oleh-oleh yang dititipkan tadi pagi. Rasanya masih terlalu singkat waktu kunjungan ke Palembang ini. Belum semua makanan khas Palembang yang dicoba. I’ll be back one day 😊

 

  

Pulau Kemaro

1 Ilir, Ilir Timur II, Palembang City, South Sumatra

 

Pasar 16 Ilir

Ps. 16 Ilir, Jl. Jepang, Alang Alang Lebar, Kota Palembang, Sumatera Selatan 30961

 

Museum Negeri Balaputra Dewa

Jalan Sriijaya I No.288 KM 5.5, Alang Alang Lebar, Sukaramai, Srijaya, Alang Alang Lebar, Kota Palembang, Sumatera Selatan 30139

Tiket masuk: Rp. 2.000,-

Catatan: museum tutup di hari Senin.

 

6 comments

  1. Setelah baca semua tulisan kunjungannya ke Palembang, masih ada beberapa tempat lagi yang belum didatangi, misalnya saja Kampung Arab Al-Munawar di 13 Ulu Palembang. Tapi, ya gakpapa, biar ada alasan untuk balik ke Palembang.

    Itu tukang becaknya mau nyoba nipu, tapi untung nggak diladenin. Karena ada cerita teman makan pempek di sekitaran 16 Ilir, berapa biji doang eh dimintain 75 ribu. Scam abis.

    Next time, jika berkesempata ke Palembang kontak aja bang Bernard. Ntar diajakin blusukan nyari pempek kulit yang lebih beragam dan gak kalah enak 🙂

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s