Senang dan Kenyang di Palembang – 2


Baca cerita sebelumnya di sini.

Setelah makan pempek panggang, gue lanjut jalan lagi. Masih ditemani mas sopir taksi. Tujuan selanjutnya adalah ke Al Qur’an Al Akbar. Eh di tengah jalan liat bangunan tradisional Melayu yang terlihat tua dan unik karena berbeda dengan rumah-rumah di sekitarnya. Di depannya ada tulisan Museum Songket. Huwaaa, langsung gue minta puter balik dan mampir di sana. 


Museum Songket ini ternyata milik pribadi. Tepatnya milik Zainal Songket, salah satu pengusaha songket yang cukup terkenal di Indonesia. Bangunannya terbuat dari kayu dan ukurannya gak terlalu besar untuk sebuah museum. Di dalamnya dipasang macam-macam songket termasuk songket yang usianya sudah cukup tua. Songket yang usianya tua dan masih bagus itu biasanya yang ditenun manual pakai tangan dan konon harganya mahal sekali. Ibu penjaga museum yang menemani gue keliling bercerita bahwa ada satu kain songket yang ditenun manual pakai tangan menggunakan benang emas dan usianya cukup tua harganya bisa sampai 250 juta. Tentu gak dipasang di museum, takut gue colong dong pasti hahaha. 

Eh si ibu juga cerita (yes doi demen cerita dan gue kepo, jadi klop hahaha), kalo baru-baru ini ada keluarga pejabat yang beli songket untuk acara perkawinan anaknya di Jakarta. Harga satu set songket untuk penganten hampir 100 juta. Keluarga itu juga beli banyak kain songket untuk dipakai keluarga dekat yang masing-masing harganya puluhan juta. Issshhh kaya raya pasti yaaa 😉. Oya, kalau yang ditenun biasa pakai mesin harganya gak terlalu mahal kok. Berkisar 150-200 ribu aja. Gue gak beli sih walaupun murah, karena YA NGAPAIN GUE PAKE SONGKET! 😂😂. 

Oya, gak ada biaya masuk, tapi ada kotak sumbangan. Silakan masukkan uang seikhlasnya, tapi harus diingat bahwa museum keren ini dikelola pribadi dan kata si ibu gak dibantu pemerintah. Jadi mereka memang butuh dana untuk mengelola tempat ini.

Gak terlalu lama di sana, gue melanjutkan perjalanan ke tujuan semula, yaitu Al Qur’an Al Akbar yang jaraknya gak terlalu jauh lagi. Namanya Akbar, artinya besar. And it’s really HUGE! Ada sekitar 630 halaman yang masing-masing halaman berukuran sekitar 1,7 x 1,4 meter. Lembaran-lembaran raksasa itu disusun hingga 5 lantai, dan di bagian belakang ada tangga yang bisa digunakan untuk naik ke atas. Di lorong antar barisan lembaran kitab, bisa juga digunakan rombongan untuk duduk dan mendengarkan penjelasan dari guide setempat. 

Oya, gue sempat disuruh keluar dari lorong oleh seorang ibu yang ternyata pengurus di situ. Gue tadinya bingung kenapa disuruh keluar, apakah karena gue bukan muslim? Tapi dari mana mereka tau, kan dari tadi gak ada ngisi data apapun? Apa karena gue bertato? Eh ternyata di luar gue dikasi sarung karena gue pake celana pendek hehehe. Walaupun celana kargo di bawah lutut, tetap saja gak sopan dan harus pake sarung. Si ibu minta maaf sih karena sebenarnya di depan memang sudah disediakan sarung untuk pengunjung yang pakai celana pendek, tapi karena semua sibuk gak ada yang ngasitu gue tadi. Gue juga minta maaf karena gak tau aturannya selain titip sepatu aja di luar. Anyway abis pake sarung gue lanjut keliling-keliling lagi di dalam. Biaya masuk dibayar di loker depan 3 ribu aja, cuma ada juga kotak sumbangan di depan penitipan sepatu. Rata-rata pengunjung masukin 5-10 ribu seorang. 



Dari situ gue lanjut lagi ke Taman Purbakala Sriwijaya. Another old museum. Jangan bosen yaaa hehehe. Di dalam museum banyak dipamerkan benda-benda purbakala. Termasuk arca-arca kuno, prasasti bersejarah, dan cerita-cerita kehidupan di masa kerajaan Sriwijaya. Keberagaman digambarkan sangat penting di masa itu. 


Di bagian belakang bangunan museum, terdapat taman yang cukup luas, yang berada si tepi sungai/danau, yang bisa digunakan untuk bersantai. 


Karena udah sore dan capek, gue pulang ke hotel. Oya, biaya taksi gak sampe 400 ribu lho. Gak terlalu mahal untuk ukuran sewa mobil seharian plus tour guide dadakan hehehe.

Malamnya gue jalan lagi ke Jembatan Ampera. Konon jembatan tersebut terlihat lebih kece di malam hari karena diberi lampu warna warni. Karena gak terlalu jauh, gue ke sananya naik becak. Ongkosnya 20 ribu tapi karena kasian gue kasi 30 ribu. Kebetulan kan malam minggu, jadi lapangan di sekitar benteng dipenuhi orang-orang yang lagi malam mingguan. Oya, ada yang foto pre-wedding segala dengan latar belakang Jembatan Ampera yang emang kece banget. Pulangnya gue nyobain naik becak motor, ongkosnya 20 ribu. 


Besok lanjut jalan-jalan lagi. Tunggu ceritanya ya…

 

Museum Songket

Jl. Ki Gede Ingsuro, 32 Ilir, Ilir Bar. II, Kota Palembang, Sumatera Selatan 30125

Tiket masuk: sumbangan sekedarnya.

 

Al Qur’an Al Akbar

Jl. Moh. Amin, Gandus, Kota Palembang, Sumatera Selatan 30149

Tiket masuk: Rp. 3.000,- dan sumbangan sekedarnya untuk penitipan sepatu.

 

Taman Purbakala Sriwijaya

Karang Anyar, Gandus, Palembang City, South Sumatra 30139

Tiket masuk: Rp. 5.000,- untuk masuk kawasan dan Rp. 2.000,- untuk masuk museum

3 comments

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s