Melbourne, Kota Paling Nyaman di Dunia


Selain Sydney, Melbourne adalah salah satu kota yang ingin gue kunjungi sejak lama. Apalagi setelah membaca bahwa Melbourne berkali-kali dinobatkan sebagai kota yang paling nyaman di dunia, rasa penasaran gue semakin tinggi. Siapa tau bisa pensiun di Melbourne kalo beneran nyaman yekaaan 😀

Karena masih bulan Agustus, tiupan angin yang menerpa muka gue saat keluar dari bandar udara Tullamarine, Melbourne masih terasa sangat dingin. Langitnya biru cerah, udaranya segar dan orang-orangnya selalu tersenyum ramah kalo diajak ngobrol. Tahun ini Melbourne yang kembali dinobatkan sebagai kota yang paling nyaman di dunia terlihat begitu menawan. Bangunan-bangunan tua bergaya Eropa menghiasi setiap sudut kota. Pedestriannya yang lebar dan bersih, membuat orang jadi lebih suka untuk berjalan kaki atau bersepeda walaupun sama sekali gak ada kemacetan di jalanan. Trem, sebagai salah satu transportasi publik yang sangat terkenal dan menjadi ikon kota Melbourne terlihat berseliweran di tengah kota.


Gue sengaja memilih hotel yang terletak di tengah kota, karena memang rencananya gue cuma mau keliling kota aja jalan kaki. Kan katanya nyaman hehehe. Dengan jalan kaki menyusuri kota, gue menemukan banyak hal menarik.

Hari pertama gue jalan kaki ke arah Yarra River yang terkenal. Sungai ini membelah Melbourne dalam komposisi yang menarik antara gedung-gedung modern dan hijaunya pohon-pohon di sepanjang sungai. Tepat di seberang sungai terdapat taman yang luas dan indah, namanya Royal Botanic Garden. Mirip dengan di Sydney. Taman seluas hampir 38 hektar ini berumur hampir 200 tahun dan memiliki koleksi lebih dari 10 ribu jenis tanaman. Tempatnya bagus, nyaman dan sering dipakai oleh orang-orang untuk piknik murah meriah hahaha.




Di dalam kawasan taman ini terdapat juga Shrine of Remembrance. Bangunan ini sengaja dibangun untuk mengenang warga Melbourne yang meninggal dalam Perang Dunia I. Bangunan bergaya Yunani ini telah berumur lebih dari 80 tahun. Konon setahun sekali, tiap tanggal 11 November jam 11 pagi sinar matahari akan menembus bangunan melalui sebuah lubang di atap dan menyinari tulisan ‘Love’ di prasasti dalam bangunan. Kelak gue bakalan balik lagi untuk menyaksikan hal ini.



Saat jalan kaki kembali ke hotel, gue melewati Flinder’s Street Station, sebuah bangunan tua bergaya Eropa yang sampai sekarang masih berfungsi sebagai salah satu stasiun utama di Melbourne. Di seberang stasiun terdapat salah satu jalan utama di Melbourne, yaitu Swanston Street. Di jalanan terlihat beberapa kereta kuda yang dihias bergaya Victoria membawa pengunjung berkeliling. Karena penasaran gue nanya dong ya, sekali naik bayar 100 AUD, gak jadi ah. Masak naik dokar aja bayar sejuta hahahaha. Di pojokan Swanston Street ada satu gereja yang berdiri megah. Namanya St. Paul’s Cathedral. Gereja Anglikan ini telah berusia 125 tahun. Oya, pengunjung diperboehkan masuk ke dalam gereja, tapi kalau mau ambil foto harus bayar 5 AUD. Yaaaaa gue foto dari luar aja deh hehehehe.




Swanston Street merupakan salah satu jalan yang paling sibuk di Melbourne dan terlihat banyak pertokoan di kiri kanan jalan. Di persimpangan Swanston Street dan Spring Street, terdapat Chinatown. Tau dong, kalo kawasan ini di mana-mana jadi surga makanan. Gue mem-babi-buta laah pastinya hahaha. Oya, karena kangen Indomi gue masuk ke Asian Grocery yang banyak terdapat di sini dan…..beli Indomi. Trus langsung dimasak di hotel. Kangen terobati hahaha.

Hari kedua, kebetulan hari Minggu. Gue jalan lagi (tentunya), tapi pagi-pagi mampir dulu ke Victoria Market yang cuma berjarak 2 menit jalan kaki dari hotel. Pasar modern ini usianya sudah hampir 140 tahun dan luasnya hampir 7 hektar. Beragam barang bisa ditemui di sini, kebutuhan pokok, sayur-sayuran, buah-buahan, pakaian, termasuk juga aneka souvenir untuk oleh-oleh. Harganya cukup murah dibandingkan toko-toko lain di luar pasar. Berbagai macam kafe dan restoran juga banyak terdapat di sini. Gue yang anaknya gampang banget laper mata, langsung beli-beli dong. Yang pertama buah Cherry. Besar-merah-seger-manis-murah. Tuh kurang apa lagi hahaha. Trus berikutnya belanja oleh-oleh. Gue nemu tempat yang harganya murah. Kok tau? Iya soalnya udah keliling di dalam pasar nyari-nyari harganya semua lebih tinggi, termasuk di kios souvenir yang pemiliknya anak muda asal Indonesia :p




Setelah kenyang belanja, tentunya harus kenyang perut lah ya. Oya, selama di Melbourne, gue gak berasa di Australia kalo soal makanan. Tiap hari makannya ke Restoran Asia terus. Vietnam-Jepang-Malaysia-Thailand. Itu aja muter-muter terus. Restoran Indonesia? Gak masuk budget. Mahal hahahaha.

Sebagai penggemar buku, hari ini gue melanjutkan jalan-jalan ke State Library of Victoria. Lokasinya masih di Swanston Street, gak jauh dari Chinatown. Perpustakaan yang dibuka untuk umum ini sudah berusia 160 tahun dan saat ini sudah memiliki 2 juta koleksi buku yang bisa dibaca dengan gratis di sana. Di dalamnya terdapat 6 ruang baca yang luas dan nyaman. Terdapat juga beberapa ruangan yang biasa digunakan untuk pameran, baik itu pameran seni maupun pameran sejarah. Gue betah banget di sini. Foto-foto dan nongkrong sampe sore.




Setelah itu acara jalan-jalan dilanjutkan di sekitar perpustakaan. Ada kampus RMIT yang mirip dengan bangunan kuno di film Harry Potter, ada penjara kuno yang menawarkan paket wisata berupa sensasi pengalaman dipenjara, ada kamar mandi umum yang gedungnya keren banget, dan tentu saja mal. Belanja lagi? Tentu saja hahahaha.



Oya, kalo hari Minggu, di beberapa ruas jalan ada pertunjukan musik jalanan. Walaupun namanya pengamen, tapi tetep keren.

Hari ketiga gue bangun agak siang dan memutuskan hari ini mau jalan-jalan naik trem gratis. Maklum hujan, jadi males aja basah-basahan. Mana dingin hahaha. Fasilitas trem gratis ini disediakan oleh pemerintah setempat, dan disebut City Circle Tram. Rutenya mencakup hampir semua titik-titik utama di CBD kota Melbourne. Jadi kalo mau muter-muter enak. Tremnya didesain hingga terlihat antik dan kece banget.


Menjelang sore gue tiba-tiba punya ide dadakan mau liat sunset ke pantai. Absurd banget emang. Akhirnya gue naik trem ke St. Kilda yang berjarak sekitar 30-40 menit dari pusat kota Melbourne. Oya, kalo naik kendaraan umum di Sydney bayarnya pake kartu Opal, di Melbourne bayarnya pakai kartu Myki. Sampai di St. Kilda, pantainya ternyata bagus banget. Sunsetnya luar biasa. Tapiiiii….anginnya dingin banget hahaha. Di sini juga ada taman bermain ala Dufan, namanya Luna Park. Tapi karena cuaca lagi gak bagus, taman ini ditutup sementara.


Hari terakhir gue lagi-lagi jalan kaki keliling kota. Masuk ke gereja-gereja dengan arsitektur yang keren-keren seperti St. Patrick Cathedral dan St. Mary Star of The Sea sampe ditegur orang karena khusyuk banget ambil foto dengan berlutut di lantai. Lalu gue mengunjungi Parliament of Victoria dan ikut tour di dalamnya. Mendengar sejarah dan fakta-fakta di dalam gedung parlemen ini sungguh menyenangkan, apalagi ditambah dengan tour guide yang lucu kalo jelasin sesuatu. Apalagi gratis hahahaha. Sorenya gue mampir di Melbourne Museum yang ternyata udah tutup karena kesorean. Oya, satu lagi hal yang paling menyenangkan di Melbourne saat musim dingin seperti ini adalah ngopi dan makan es krim. Nongkrong sambil ngopi rasanya udah jadi kebiasaan baru di Melbourne hahaha.


Kesan gue selama di Melbourne: NYAMAN BANGET. Kalo memungkinkan gue mau tinggal di kota ini kelak 😊

Dengan adanya penerbangan low cost carrier dari Jakarta yang transit melalui Denpasar maupun Kuala Lumpur, maka perjalanan ke Melbourne sekarang jadi lebih terjangkau. Jadi, tunggu apa lagi?

4 comments

Leave a comment