Taking A Breath – Part 3: ISTANBUL


20140523-210327-75807020.jpg

Baca cerita jalan-jalan sebelumnya ke Holyland di sini

Sebagai kota yang sekaligus ada di benua Eropa dan Asia, Istanbul menjadi kota dengan peradaban unik yang menyenangkan. Bangunan di tengah kota yang mencampurkan budaya Barat dan Timur menjadikan kota ini terasa hangat. Yang paling khas dari kota Istanbul adalah puluhan masjid yang tersebar di tengah kota. Hampir tiap 200 meter terdapat masjid dengan bentuk arsitektur yang khas, yaitu satu masjid dengan kubah melengkung yang dikelilingi beberapa menara.

Saya dan seorang teman berpisah dengan rombongan holyland tour di bandara Queen Alia Amman – Yordania. Rombongan pulang ke tanah air sementara saya melanjutkan perjalanan ke Istanbul menggunakan penerbangan Royal Jordan. Lama perjalanan kira-kira 2,5 jam. Tidak ada perbedaan waktu antara Amman dan Istanbul.

Tiba di Istanbul sudah hampir jam 8 malam. Dengan proses imigrasi dan pengambilan bagasi yang memakan waktu hampir satu jam, maka saya akhirnya bisa keluar bandara sekitar jam 9 malam. Saat itu semua orang terlihat sudah mengenakan jaket tebal. Jadi saya langsung bersiap mengeluarkan jaket dari dalam koper.

Karena transportasi yang paling murah dan mudah ke arah hotel adalah metro (kereta), maka saya menuju ke stasiun kereta yang berada di area bandara. Tiket ke arah hotel adalah 3 TL (1 TL = 6000 IDR). Menunggu kereta di Istanbul tidak terlalu lama. Paling lama 15 menit. Sementara perjalanan ke arah hotel kurang lebih 30 menit. Dan benar saja, saat melangkahkan kaki keluar stasiun, udara dingin langsung menyergap.

Sewaktu masih di Jakarta, saya sudah browsing tempat-tempat wisata di kota Istanbul, sekaligus hotel dan transportasinya. Jadi saya sudah tahu bahwa hotel saya berada kira-kira 10 menit berjalan kaki dari stasiun. Walaupun cuma 10 menit, namun dengan kondisi tubuh yang baru beradaptasi dengan udara dingin ini rasanya seperti setengah jam. Untungnya langit cukup cerah dan jalanan masih cukup ramai, jadi masih bisa menikmati bingungnya cari lokasi hotel hahaha.

Kesan pertama, orang-orang di Istanbul cukup ramah saat ditanyai. Namun berbeda dengan di hotel. Orang hotel yang seharusnya jauh lebih ramah malah ternyata tidak terlalu ramah dan minim senyum. Tapi kamarnya cukup nyaman dan hangat. Kalau mau dingin tinggal buka pintu balkon yang menghadap langsung ke jalan raya 🙂
Oya, soal sarapan, siap-siap bawa mi instan aja deh. Isi sarapannya cuma salad, oatmeal, telur dan roti. Jangan harap ada nasi deh.

Karena kebetulan hotel terletak tidak begitu jauh dari tempat-tempat yang akan dikunjungi, maka saya dan teman saya bersepakat untuk jalan kaki saja. Apalagi udara yang sangat dingin itu bisa dikurangi kalau berjalan kaki, sekalian olahraga (dan ngirit) :p

Berikut ini adalah beberapa obyek wisata yang saya kunjungi:

Topkapi Garden

Hari pertama kami berjalan kaki menyusuri pinggiran kota dengan berjalan kaki. Petunjuknya hanya satu, laut. Jadi kami mengikuti peta online menuju ke arah laut. Ternyata peta membawa kami menuju ke tepi laut Marmara. Setelah berjalan beberapa waktu tiba-tiba di depan kami ada pintu gerbang sebuah taman. Tanpa berpikir panjang kami masuk ke dalam. Maklum, gratis :p

Taman itu ternyata adalah bagian dari Topkapi Palace. Sayangnya museum yang bekas istana itu tidak buka pada hari itu, jadi kami hanya menikmati taman. Taman dibuat dengan citarasa tinggi, sehingga menghasilkan taman yang sangat indah. Pohon-pohon tak bedaun karena masih musim dingin tak mengurangi keindahan taman tersebut. Landscape dibuat berkontur seperti di perbukitan dan tanaman diatur supaya serasi baik ukuran maupun jenisnya. Di tengah taman dibuat jalur pejalan kaki dan bangku-bangku taman untuk beristirahat.

Di ujung taman baru terdapat Topkapi Palace tersebut. Setelah keluar taman, berjalan kurang lebih 5 menit kami langsung menjumpai Hagia Sophia dan Blue Mosque.

20140320-185050.jpg

Hagia Sophia

Bangunan ini adalah tempat wisata paling terkenal di Istanbul. Dalam bahasa Yunani kuno, arti dari Hagia Sophia adalah ‘Holy Wisdom‘. Dalam bahasa Turki disebut juga Ayasofia.

Sejarah bangunan ini sangat menarik. Dulunya ini adalah sebuah gereja Yunani Ortodox sekaligus istana Raja saat itu. Lalu berubah menjadi gereja Katolik, dan saat kekuasaan Ottoman berubah menjadi masjid. Saat ini bangunan ini berubah fungsi menjadi museum.

Ada cerita menarik dimana dulu berubah fungsi dari gereja menjadi masjid, ada kebingungan karena posisi altar gereja yang tidak searah dengan kiblat. Namun atas bantuan seorang sakti maka gereja bisa diputar sedikit sehingga bisa disesuaikan dengan arah kiblat. Legendanya bertahan hingga kini, sehingga di salah satu pilar ada yang berlubang dan orang mengantri untuk ‘memutar nasib’ di pilar ini. Caranya, masukkan ibu jari ke dalam lubang, lalu putar keempat jari sisanya searah jarum jam hingga satu putaran penuh (360 derajat). Dipercaya nasib buruk akan berubah hahaha. Amin.

Saat peak season, antrian bisa sangat panjang dan lama. Tiket masuknya 25 TL dan jika ingin mendengar penjelasan lengkapnya, tersedia audio guide yang bisa disewa di pintu masuk.

Bagian dalam bangunan sangat indah. Lukisan dan mozaik di langit-langit merupakan karya seni luar biasa. Sayangnya ada beberapa mozaik di dinding yang dirusak saat mengubah gereja menjadi masjid karena mozaik tersebut menggambarkan kehidupan Yesus dan orang-orang suci dalam kepercayaan gereja. Namun masih ada beberapa yang tersisa dan bisa dinikmati keindahannya. Pilar-pilar dan struktur bangunan juga masih terjaga keasliannya dan sangat terawat. Bekas altar, bekas singgasana, dan selasar-selasar juga dibuat sangat menakjubkan. Jangan lupa naik ke lantai dua untuk mendapatkan pemandangan museum yang luar biasa. Oya, ada salah satu jendela dimana pemandangan di luar museum sangat menakjubkan, yaitu deretan kubah museum berlatar belakang Blue Mosque.

Jika ingin mengunjungi Hagia Sophia, atur jadwal yang tepat karena museum ini tutup di hari Senin.

20140320-185613.jpg

20140320-185635.jpg

20140320-185648.jpg

Blue Mosque

Seperti sudah saya sebutkan di awal, Istanbul penuh dengan masjid indah yang bertebaran di seluruh kota. Bagi saya, masjid yang paling indah adalah Blue Mosque. This is the most beautiful mosque I’ve ever seen. Blue mosque disebut juga Sultanahmet Mosque.

Terletak tepat di depan Hagia Sophia, kedua bangunan ini dibatasi oleh taman kota dan air mancur yang dibangun sangat indah dan nyaman. Di hari yang cerah, taman ini digunakan sebagai tempat berkumpul penduduk setempat dan turis.

Jika ke Hagia Sophia harus membayar tiket masuk, maka masuk ke Blue Mosque ini gratis. Bebas masuk selama jam kunjungan. Karena masjid masih berfungsi normal, maka ada jam-jam dimana turis dilarang masuk, yaitu jam-jam sholat. Sebelum adzan dikumandangkan, turis sudah dihalau keluar dari masjid. Setelah selesai baru turis diijinkan masuk lagi.

Keindahan masjid sudah terlihat dari luar. Pilar, dinding, dan atap berwaran abu-abu kebiruan. Karena itulah dinamakan Blue Mosque. Masuk ke halaman dalam masjid, kita bisa menyaksikan sejarah masjid yang dipasang sepanjang koridor masjid.

Jika ingin masuk ke dalam masjid ada beberapa peraturan yang harus ditaati. Pertama, sepatu harus dilepas. Petugas menyediakan plastik untuk membawa sepatu kita ke dalam. Di dalam juga disediakan rak sepatu sehingga kita bisa meletakkan plastik sepatu kita agar tidak mengganggu saat kita ingin berfoto di dalam. Bagi pengunjung wanita, kaki dan rambut harus tertutup. Petugas juga menyediakan kain yang harus dipakai sebagai kerudung. Selama di dalam masjid, pengunjung diijinkan mengambil foto asal tidak berisik.

Bagian dalam masjid bahkan jauh lebih indah dari bagian luarnya. Langit-langit kubah, dinding dan pilar-pilar, hingga karpet tebal yang menghampar di dalam masjid sungguh membuat saya menahan nafas karena indahnya. Dan tunggu sampai matahari terbenam dan lampu-lampu mulai dinyalakan. It’s just……BEAUTIFUL!!

20140320-185859.jpg

20140320-185936.jpg

Basilica Cistern

Basilica Cistern berada berdekatan dengan Agya Sophia dan Blue Mosque. Tiket masuknya 10 TL. Dari luar tampilannya hanya seperti gedung biasa. Tadinya kami agak ragu untuk masuk ke dalam. Namun setelah di dalam ternyata pemandangannya luar biasa. Obyek wisatanya ternyata ada di bawah jalanan. Luasnya hampir 10 ribu m2.

Walaupun namanya Basilica (istana), namun dulunya bangunan ini hanyalah tempat penyimpanan air di Istanbul. Bentuknya seperti pilar-pilar kerajaan jaman dulu namun di dasarnya terendam air dan berisi ikan. Suasananya remang-remang, lembab, dan ditemani suara seruling kuno yang cukup mistis. Jalur yang dilalui pengunjung agak licin, sehingga harus berhati-hati saat melintas. Jika ingin mendengar penjelasan mengenai tempat ini, tersedia audio guide yang bisa disewa di pintu masuk.

Di dalamnya kita akan menemui dua pilar yang ujungnya berbentuk kepala Medusa (dewi Yunani yang berkepala ular). Menurut legenda, jika seseorang memandang langsung ke mata Medusa, maka dia akan berubah menjadi batu. Sehingga agar tidak ada pengunjung yang menjadi batu, maka ujung pilar yang berbentuk Medusa tadi dibalik dan dimiringkan. Dengan demikian, orang tidak bisa memandang lurus langsung ke sang Medusa.

20140320-184542.jpg

Galata Tower & Galata Bridge

Salah satu jembatan yang terkenal di Istanbul adalah Galata Bridge yang terbentang di atas Golden Horn river (ini sebenarnya laut, namun karena mirip sungai sering disebut juga sungai), yang menghubungkan kota tua Istanbul dengan kota baru yang lebih modern. Sebelum menyusuri jembatan ini di internet kami menemukan informasi mengenai menara tua yang bernama Galata Tower, jadi ke sanalah kami lebih dulu berkunjung.

Galata Tower adalah sebuah menara tua yang berada di bagian kota Istanbul modern. Untuk naik ke puncak menara kita perlu membayar 10 TL. Mirip seperti Monas, kita naik ke atas menggunakan lift. Kebetulan sedang low season, sehingga antrian tidak terlalu panjang. Bagian paling atas merupakan restoran yang seluruh dindingnya terbuat dari kaca tembus pandang, sehingga sambil menikmati makanan dan minuman kita bisa melihat keluar. Di luar restoran ada area semacam balkon yang mengelilingi bagian luar menara. Lebar balkon hanya sekitar 1 meter. Di sini pengunjung bisa melihat jauh keluar, ke arah kota tua Istanbul maupun ke arah kota modern. Angin cukup kencang di atas menara, sehingga kita harus ekstra hati-hati selama di luar.

Setelah puas berfoto dan menikmati pemandangan Istanbul dari atas menara, kami turun dan berjalan kaki menuju Galata Bridge. Suasana di sini sangat berbeda dengan di daerah kota tua. Jika di daerah kota tua sangat terasa suasana ‘turisme’-nya, maka di bagian kota ini sangat terasa kehidupan modern. Toko-toko elektronik, bahan bangunan, garmen, dll terlihat dimana-mana. Sementara di daerah kota tua kebanyakan penjual souvenir dan perlengkapan selular.

Karena sungai Golden Horn sangat lebar, maka Galata Bridge juga otomatis cukup panjang. Jalanan dibagi menjadi 4 jalur, 2 jalur di tengah adalah jalur kendaraan dari kedua arah. Di sisi pinggir adalah jalur bagi pejalan kaki dan cukup lebar. Sepertinya lebih dari 10 meter, sehingga orang bebas berjalan kaki di sepanjang jembatan. Jembatan juga terbagi dua jalur, atas dan bawah. Jalur bawah hanya untuk pejalan kaki. Di jalur bawah jembatan ini terdapat restoran-restoran yang menyediakan seafood atau sekedar kopi. Di jalur atas banyak orang melakukan aktifitas memancing. Dan mereka juga menyediakan alat pancing yang bisa disewa lho. Suasana sore di jembatan ini sangat menyenangkan. Banyak pejalan kaki, pemancing, dan burung-burung camar yang beterbangan di sekitar jembatan. Oya, di bawah jembatan ini juga bisa dilintasi oleh kapal wisata yang berlayar di sepanjang sungai. Di ujung jembatan bisa dijumpai spice market (spice bazaar).

20140320-185231.jpg

20140320-190133.jpg

20140320-190122.jpg

Grand Bazaar

Dari ujung Galata Bridge kami sudah langsung menjumpai awal dari Spice Market. Walaupun namanya spice market, namun yang dijual bukan hanya bumbu-bumbu saja. Melainkan banyak souvenir, karpet, pashmina, local handycraft, dll. Kalau kita trus menyusuri spice market ini, kita akan menjumpai Grand Bazaar. Sebenarnya barang-barang yang dijual sama saja, bedanya Grand Bazaar jauh lebih besar dan tokonya jauh lebih banyak. Kalau yang hobby belanja pasti merasa seperti di surga di sini 🙂

Grand Bazaar adalah pasar tertutup yang sangat luas. Ada hampir 3000 toko di dalamnya. Entah kenapa penjualnya kebanyakan pria. Di sini harus mau dan berani menawar harga. Tapi biasanya tidak bisa terlalu jauh, karena mereka juga tidak memberikan harga terlalu tinggi. Apalagi orang Indonesia sudah dikenal sebagai jago tawar di sini. Iya, orang Indonesia sudah dikenal di sini sebagai turis yang hobby belanja. Saat kami ada di sana kebetulan bertemu teman yang baru pulang dari paris dan mampir di Istanbul semalam hanya untuk belanja di Grand Bazaar ini. Jumlah rombongannya ada 100 orang lebih. Tidak heran jika para penjual di Grand Bazaar ini bisa berbahasa Indonesia walau cuma sedikit-sedikit. Terutama harga. Mereka bisa bilang murah, dua TL, bagus, dan kata-kata sederhana lainnya.

Apakah harganya murah-murah? Menurut saya biasa saja. Harga souvenir memang tidak terlalu mahal. Namun jika ingin belanja barang-barang non souvenir, misalnya pashmina dan karpet, harganya ternyata cukup mahal juga. Bahkan kata teman saya, beberapa karpet yang dibeli di Jeddah pada saat umroh bisa lebih murah, padahal itu diimport dari Istanbul. Tapi ya namanya sudah di Istanbul beberapa orang merasa harus beli karpet hahaha. Saya sendiri lebih memilih beli beberapa souvenir untuk teman-teman dan keluarga di Indonesia. Selain souvenir saya juga beli Turkish Delight. Ini adalah jajanan khas Turki. Idenya sih permen, tapi kenyataanya mirip kue moci.

20140320-184918.jpg

Ada beberapa hal menarik yang saya temukan di Istanbul:
1. Orang-orangnya tidak terlalu banyak yang berbahasa Inggris. Jadi komunikasi agak susah. Dan kesan yang didapat jadi tidak ramah.
2. Makanan khas Turki ternyata tidak cocok dengan lidah saya. Kebab Turki di Jakarta jauh lebih enak daripada kebab Turki di Istanbul. Untung saya bawa sambel sachet, jadi rasa masih bisa tertolong
3. Selama di Istanbul cuaca mendung dan hujan, jadi langit tidak terlalu bagus untuk difoto. Konon saat cuaca cerah, sunset di Galata Bridge sangat indah. I’ll be back again one day
4. Karena saya membutuhkan koneksi internet selama di Istanbul (maklum, saya tetap bawa laptop dan kerja di hotel malam harinya) sementara wifi hotel jelek sekali, maka saya memutuskan untuk membeli kartu internet lokal. Setelah melakukan survey harga ke beberapa provider, akhirnya saya pakai Vodafone, harganya 61 TL dengan kuota 1 GB. Rasanya cukup untuk trip 3-4 hari di Istanbul.
5. Airport di Istanbul tidak menyediakan wifi gratis. Tapi untungnya ada Burger King, jadi bisa makan (laaah apa hubungannya) :p
6. Kota Istanbul sangat bersih dan terawat. Transportasi sangat mudah dan murah. Dari mulai bus, trem, kereta, sampai taksi semua tersedia dengan biaya terjangkau.

Tips jalan-jalan di Turki:
1. Tukar uang jangan di airport, cari saja di sekitar tempat wisata, lalu bandingkan. Biasanya bisa dapat nilai tukar yang lebih baik.
2. Cari hotel di tengah kota, jadi bisa jalan kaki supaya lebih hemat. Atau paling tidak cari hotel yang di dekat halte trem atau metro.
3. Kalo mau makan, tanya yang jelas. Porsinya seberapa. Rotinya gratis apa bayar. Saosnya gratis apa bayar, dll. Maklum orang Turki banyak yang tidak mengerti bahasa Inggris. Sering salah paham.
4. Mendingan bawa USD, karena nilainya lumayan stabil dan tinggi untuk ditukar.
5. Selalu siapkan uang kecil, maklum di sini toilet saja rata-rata bayar 1-2 TL
6. Cek waktu buka masing-masing tempat wisata. Contohnya Hagya Sophia tutup kalau hari Senin.
7. Cek cuacanya pas waktu kunjungan kita. Kalau hujan harus siap payung. Kalau dingin harus siap winter coat, dll.

Baca cerita jalan-jalan selanjutnya ke Santorini di sini

Di bawah ini ada beberapa foto. Selengkapnya silakan dilihat di instagram saya: @BANGBERNARD

20140320-183815.jpg

20140320-183803.jpg

2 comments

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s