Pulang


Pulang
(written: Monday, September 3, 2012)

Musim kini berlalu berbagai cerita merayu
Berpijak di malam yang bertalu
Masihku memikirkan dirimu

Bayangkan seorang wanita muda, tinggi, cantik, matang, dan sukses dalam karirnya. Semua ada pada Astrid. Di usianya yang di akhir tiga puluhan itu rasanya dia memiliki semua yang diimpikan oleh seorang wanita karier. Tahun lalu dia baru saja diangkat menjadi direktur marketing di salah satu perusahaan terkemuka di Jakarta yang bergerak di bidang IT. Rumor yang beredar, sebuah perusahaan multinasional sudah mengincarnya untuk menduduki posisi koordinator marketing untuk kawasan Asia Pasifik dan berkantor di Singapura.

Sepuluh tahun yang lalu Astrid pernah menikah dengan seorang laki-laki sederhana. Todi namanya. Sebenarnya dia sudah menyadari bahwa pernikahannya itu adalah sebuah kesalahan saat Todi mulai sering menegurnya karena bekerja terlalu keras. Padahal saat itu karirnya sudah mulai menanjak.

“Kau tidak perlu bekerja sampai selarut ini. Apa sih yang kau cari? Aku bisa memenuhi semua kebutuhanmu, kan? Aku tak mau kita semakin jauh karena jarang bertemu. Aku tak mau kau jatuh sakit.”

Dia tahu Todi sangat mencintainya, dan tegurannya itu demi dirinya sendiri dan demi pernikahan mereka berdua. Namun Astrid tak bisa menerima. Dia merasa dikekang. Pertengkaran demi pertengkaran kerap terjadi setelah itu. Dan setelah perceraiannya akhirnya Astrid memutuskan untuk menikah dengan karirnya, hingga mencapai posisi bergengsi seperti saat ini.

Sebagai wanita normal, Astrid juga masih memiliki hasrat untuk diperhatikan, disayang, dan dimanjakan. Beberapa kali dia mencoba menjalin hubungan dengan laki-laki. Namun tak satupun dari hubungan itu yang bertahan lama. Astrid selalu menarik diri sebelum perasaannya terlibat terlalu jauh. Untuknya, tak ada yang lebih penting dari pekerjaannya, dan hubungan dengan laki-laki akan menganggu karirnya.

Namun beberapa bulan terakhir ini Astrid merasa gelisah. Dia mulai merasa ragu mengenai apa yang dikejarnya selama ini. Karirnya memang cemerlang. Dari segi materi dia cukup berlebih. Namun dia tetap merasa ada yang kurang dalam hidupnya. Uang dan karirnya seolah-olah tak pernah bisa memberinya ketenangan dan kebahagiaan. Dia mulai berpikir ulang mengenai hidupnya. Dan itu semakin parah saat sebulan yang lalu secara tak sengaja dia bertemu dengan Todi di pelataran parkir kantor kliennya. Saat itu mereka hanya saling memandang dengan canggung. Astrid tak tahu apa yang bergolak dalam hatinya. Entah cinta yang diam-diam masih disimpannya, entah kenangan indah yang secara tak sadar tak ingin dilepasnya. Yang jelas, pertemuan yang cuma sekilas itu mampu memporak-porandakan hatinya.

Dan entah siapa yang menyusun skenario hidupnya, sore ini Astrid secara kebetulan kembali bertemu dengan Todi saat mengantri ATM. Dan kali ini Todi menyapanya. Walaupun terlihat lebih kurus, namun wajahnya masih sama seperti dulu. Senyumnya masih menenangkan. Matanya masih meneduhkan. Dan suaranya masih lembut, persis seperti yang diingatnya selama ini. Tiba-tiba gelombang kerinduan terasa menghantam dadanya hingga terasa sesak. Sehingga dia hanya mampu menjawab singkat saat Todi menanyakan kabarnya.

“Halo Astrid. Apa kabar? Kamu makin cantik”

“Baik. Kamu?”

“Seperti kamu lihat, aku baik-baik saja.”

Lalu mereka terdiam sampai antrian berkurang dan tiba giliran Astrid. Dia mengambil uang dengan cepat dan bergegas meninggalkan tempat itu. Tapi dirasakannya tangan Todi menariknya.

“Aku rindu kamu, Cit”

Tubuh Astrid menegang. Panggilan sayang dari Todi itu tak pernah dilupakannya. Dia hanya bisa menunduk dan tak berani memandang Todi.

“Kamu masih menyimpan nomorku, kan. Kalau kamu sudah siap, telepon aku ya”

Astrid hanya mengangguk dan melambaikan tangannya sekilas pada Todi. Dia tak ingin Todi melihatnya gemetar. Dia tak ingin Todi menatap matanya. Dia tak ingin Todi tahu jika memang benar cinta itu masih ada disana. Dan saat dia sudah berada di dalam mobil, tangisnya tak bisa ditahannya lagi. Dia mulai menyadari kesalahannya dulu. Penyesalan yang disimpannya jauh di dalam hatinya mulai muncul ke permukaan. Dan itu menyakitkan.

Kekosongan dalam hidup Astrid makin terasa menyiksanya setelah pertemuan dengan Todi. Dia mulai sadar bahwa kesuksesannya tak pernah mampu membuatnya bahagia. Kebahagiaan yang dikejarnya selama ini semu. Kali ini hatinya mulai memenangkan perdebatan dengan otaknya yang selama ini menguasai hidupnya.

Malam itu Astrid terus memandangi layar ponselnya. Disitu tertera nomor Todi. Di matanya terbayang hari-hari indah yang mereka lalui jauh sebelum pertengkaran-pertengkaran mulai makin menjadi. Todi adalah lelaki yang baik. Jauh di dalam hatinya dia tahu bahwa dia yang bersalah. Dia yang selalu egois. Dia yang selalu merasa karir di atas segalanya. Dia yang secara tak sadar telah menempatkan pernikahannya menjadi prioritas kedua. Dan semua itu telah dibayarnya begitu mahal dengan kesepian dan kekosongan hidupnya selama 10 tahun ini. Semua kecemerlangan karirnya terasa tak ada artinya lagi.

Perlahan ditekannya nomor itu. Dan tak lama kemudian didengarnya suara menjawab di seberang.

“Halo, Cit”

Hatinya terasa menghangat. Tangisnya tumpah seketika.

Hari ini sayang aku akan pulang
Berlabuh di dekap cintamu
Karna pelukmu akan selalu
Membuat diriku jatuh cinta

Pulang ~ Andien

2 comments

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s