American Idol, Seperti Hidup Kita
(written: Thursday, February 23, 2012)
Judul di atas lebay? Emang. Tapi memang begitu kenyataannya. Dan kebetulan gue penggemar American Idol. Bukan cuma kontestan-nya, jurinya, atau lagu-lagunya. Tapi total package. Acaranya secara keseluruhan, termasuk dramanya hahaha.
Dari awal aja, kontestan sudah harus sabar ngantri untuk audisi. Kalo lihat di TV antriannya panjang banget. Bisa sampe seharian antrinya. Kalo beruntung, bisa audisi langsung di depan 3 juri utama itu. Bayangkan kalo udah terlanjur kecapekan seharian, gimana bisa perform bagus? Ini mengajarkan pada kita untuk pintar-pintar mengatur ritme hidup. Tau kapan harus menyimpan kekuatan untuk digunakan pada saat yang tepat, saat dibutuhkan.
Lalu saat akhirnya bisa tampil di depan juri, harus tepat milih lagu. Harus bisa memikat juri. Pencitraan yang dibangun harus tepat. Mau jadi alim atau bahkan ‘gila’ sekalian. Tapi tetap yang paling penting bukan kemasan, melainkan isinya. Mau penampilan sekeren apapun, kalo suara gak bagus ya gak lolos. Bagus bukan berarti pasaran lho. Banyak kita lihat peserta yang punya materi bagus tapi ‘pasaran’ ya gak lolos juga akhirnya. Peserta yang punya nilai jual-lah yang akan lolos. Peserta-peserta yang punya keunikan masing-masing. Seperti hidup kita, kalau kita gak punya ‘sesuatu’ yang lebih dari yang lain maka kita akan sulit bersaing.
Kemudian kita lihat proses berikutnya, dimana para peserta yang lolos dibawa ke tempat lain (Hollywood) untuk diuji lagi. Sekarang mereka diuji di panggung besar. Kepercayaan diri sangat dibutuhkan disini. Yang tadinya hanya di panggung kecil, tanpa mic langsung nyanyi spontan dan hanya ditonton para juri, sekarang harus nyanyi di panggung besar dan ditonton para peserta lain. Semacam uji nyali di luar kandang. Sounds familiar? 🙂
Ujian berikutnya adalah membentuk kelompok sendiri, lalu berlatih untuk penampilan group. Membentuk group itu bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Harus berusaha mengenal orang lain dulu, menyesuaikan dengan karakter vokal masing-masing, lalu berusaha untuk bergabung dengan cara ‘menjual’ diri. Setelah bergabung, masing-masing harus menekan egonya sehingga bisa berlatih bersama dengan baik. Tidak ada yang jadi bos, pioneer, follower, dll. Semua posisinya sama. Disini pun ada yang akhirnya merasa tidak cocok, lalu keluar dan kembali bertualang mencari kelompok lain yang cocok dengan karakternya. Ini tidak berbeda jauh dengan yang kita alami sehari-hari. Kita harus pintar-pintar memilih teman, karena teman-teman itu yang akan sedikit banyak mempengaruhi karakter kita. Jangan sampai salah memilih teman, karena kadang-kadang malah akan membawa kita kepada hal-hal yang buruk. Dan jika sudah merasa menemukan teman yang baik dan cocok, tentu kita harus pintar mengelolanya. Ego harus ditekan sehingga tidak merugikan pertemanan itu sendiri. Mengalah tidak selalu berarti kalah kok
Proses seleksi berlanjut. Sisa kontestan lalu dibawa ke Las Vegas. Tempat yang lebih glamour lagi. Disini mereka dibentuk menjadi beberapa group. Lalu dilatih, didandani, dan disuruh tampil lagi ala penyanyi professional. Setelah itu dipilih lagi dan diteruskan dengan penampilan solo. Disini mereka kembali dinilai dari penampilan perseorangan, lalu nantinya akan dipilih menjadi 24 besar. Setelah itu keputusan pindah ke tangan penonton melalui SMS, sampai nantinya terpilih sang American Idol. Setelah jadi American Idol, perjuangan belum berhenti. Dia akan rekaman, lalu berjuang untuk merintis karirnya di dunia rekaman, dan terus berjuang untuk bertahan di industri itu, sampai nanti pensiun.
Persis seperti hidup kita, kan? Perjuangan yang tidak pernah berhenti sampai nanti nafas kita berhenti.
Anyway, balik lagi ke American Idol. Siapa jagoan kalian? Gue sih suka sama Phillip Phillips, Jessica Sanchez, Jen Hirsh, Heejun Han, Joshua Ledet. Oya, satu lagi. Sebenarnya David Leather Jr bagus banget, gak tau apa dia akan lolos juga. Lets see…
Aku capppeeekkk bacanaaaa…
LikeLike
assalamu’ialaiku
salam kenal kakak
knjungi juga ya blog aku
http://aufaone.wordpress.com
LikeLike