Jembatan
(written: Sunday, February 5, 2012)
Dear kekasih,
Kau tahu aku cinta padamu. Selalu. Kau juga tahu kita tak bisa menyatu. Jurang itu terlalu lebar untuk dilewati. Cinta kita tak pernah bisa menjembataninya. Kata mereka kita berbeda. Hati muda kita ingin selalu bersama, menembus batas-batas itu. Tapi sayang, hati muda kita bukan batu karang yang bisa bertahan dari badai. Badai yang bernama keluarga.
Dear kekasih,
Akhirnya kita harus menyerah. Kita harus berpisah. Mereka mengirimku pergi jauh meninggalkanmu. Tapi kita berjanji kelak bertemu kembali untuk membangun jembatan itu. Agar kita bisa menyeberangi jurang itu dan bersama selamanya.
Dear kekasih,
Bertahun-tahun kita berpisah, tak sekalipun aku lupa janji kita itu. Walaupun kesibukan menyita waktu kita, aku tetap memegang janji itu. Tak sekalipun aku melepasnya dari hatiku. Susah payah aku mendamaikan hati dan otakku demi cintamu yang menungguku disana.
Dear kekasih,
Sekian tahun berlalu dalam rindu yang membara. Sampai akhirnya, otak dan hatiku bisa menyatu. Aku akan mengikuti keyakinanmu. Tak apa. Aku tahu Tuhan akan mengerti. Semua kemungkinan sudah kupikirkan. 3 tahun terakhir ini aku sudah belajar banyak dan akhirnya meresmikannya. Ini kejutan untukmu. Untuk janji kita dulu. Keluargaku? Biarlah, mereka akan mengerti kelak. Lagipula, aku akan memilikimu, kan?
Dear kekasih,
Selama ini aku merasa mengenal hatimu. Tapi tak pernah kulihat hitam disana. Hanya putihnya cinta. Sampai saat itu. Saat aku muncul di rumahmu membawa berita bahagia itu. Akhirnya kita bisa menyatu. aku telah membangun jembatan untuk menyeberangi jurang yang memisahkan cinta kita. Tapi ternyata, kejutan yang kubawa akhirnya mengejutkanku sendiri.
Dear kekasih,
Kita memang sehati. Ternyata kau juga membangun jembatan yang sama. Saat aku menyeberang kesana, kaupun tengah menyeberang kesini. Kini kita kembali terpisah. Kau telah memeluk keyakinanku dulu dan menyimpannya sebagai kejutan untukku. Dan aku memang terkejut.
Dear kekasih,
Kita tahu, tak mungkin kita kembali lagi. Biarlah kita jalani apa yang harus kita jalani. Cinta kita seperti sepasang besi rel kereta api, selalu bersama tapi tak akan pernah bersatu. Dan aku akan selalu cinta padamu, kekasih.