Gosip Itu
(written: Tuesday, October 18, 2011)
“Kalo aku cemburu, kamu jangan marah. Cemburu itu tanda sayang.”
Begitu selalu kata kekasihku. Memang, sejak aku merilis album pertamaku dan namaku mulai dikenal di masyarakat luas, dia mulai sering cemburu. Kegiatannya sehari-hari sebagai pekerja kantoran tidak memungkinkannya untuk mengikuti jadwal showku di beberapa kota. Akibatnya kami mulai jarang bertemu dan hubungan kami lebih sering dilakukan lewat telepon, email, dan facebook. Hampir setiap menelepon kami selalu bertengkar. Mulanya selalu karena dia bertanya macam-macam tentang kegiatanku. Jika hanya kegiatanku saja yang ditanyakannya, mungkin aku akan dengan senang hati menceritakannya. Namun yang selalu ditanyakannya adalah dengan siapa aku akan show hari ini, dengan siapa saja aku tinggal di hotel malam ini, dan seterusnya. Aku tersinggung. Aku merasa tidak dipercaya. Dan ujung-ujungnya dia selalu mengakui bahwa dia cemburu menyaksikan liputan showku yang memang sering ditayangkan di televisi. Dan dia bilang itu tandanya dia sayang padaku.
“Jangan percaya sama gosip, itu direkayasa biar namaku tambah terkenal.”
Demikian selalu jawabku jika dia mempertanyakan isi acara gosip di TV yang terus menerus menyebutkan namaku dan teman duetku itu. Teman duetku itu memang tampan dan baik hati. Tapi dia bukan typeku. Aku tak suka dengan laki-laki yang terlalu trendy sepertinya. Aku lebih suka type pekerja kantoran seperti kekasihku. Namun aku harus mengikuti selera pasar. Kata kakakku yang sekarang jadi manajerku, kami berdua harus mengikuti skenario yang sudah disiapkannya. Katanya, hubungan asmara antara artis terkenal dengan pekerja kantoran itu tidak bisa dijual, tapi hubungan asmara antara artis terkenal dengan pasangan duetnya itu bahan dagangan yang laris untuk acara gosip di televisi. Jadi kami berdua harus berakting sedang pacaran tapi jika ditanya oleh wartawan kami harus menjawab semisterius mungkin. ‘No comment’ sudah jadi jawaban kliseku tiap saat.
“Ini untuk kepentingan albumku, karir keartisanku, dan masa depan kita.”
Aku tahu penghasilan kekasihku tak terlalu besar. Sementara aku menginginkan banyak hal di kehidupanku. Itu hanya bisa kudapat jika aku memiliki banyak uang. Dan menjadi penyanyi ini adalah salah satu cara mengumpulkan uang yang banyak. Sudah terlalu banyak yang kukorbankan untuk sampai di titik ini. Aku tak mungkin berhenti sekarang. Pengorbanannya tak terlalu berarti dibandingkan pengorbananku. Dan dia tak berhak menyuruhku berhenti. Manajerku sering mengingatkanku tentang ini. Karena toh aku tak berbuat kesalahan apapun. Dia harus menerima dan memakluminya. Cemburunya tak boleh dibiarkan ada. Gosip adalah bagian hidupku sekarang.
“Gosip? Gosip apa? Jelas-jelas ada gambar kalian berciuman di tayangan gosip sialan itu.”
Aku akui aku memang berciuman dengan teman duetku itu. Tapi itu juga bagian dari skenario manajerku. Aku harus seolah-olah jadi pacarnya untuk beberapa bulan, lalu kemudian putus dan membatalkan rencana pernikahan beberapa saat sebelum aku meluncurkan album baruku awal tahun depan. Itu akan menjadi berita yang luar biasa dan bisa dipastikan akan mendongkrak penjualan albumku. Tapi kekasihku dan cemburu butanya itu terus menerus meneror perasaanku. Aku sudah berusaha menjelaskan namun dia tak pernah mau mengerti. Kecemburuan sudah menguasai hatinya. Pernah suatu saat dia datang ke lokasi syuting dan marah-marah disana. Untung manajerku berhasil menenangkannya, hingga dia bersedia meninggalkan tempat dan mau berbicara denganku di rumah setelah syuting selesai. Akhirnya dia mau mengerti.
Sejak itu kecemburuannya sedikit mereda. Dia mulai jarang komplain dan marah-marah. Ini membuatku gembira. Hubungan kami mulai berjalan baik dan kurasa dia mulai mengerti dan kini mendukung karirku. Bahkan saat aku rekaman di studio, beberapa kali dia datang dan menemaniku disana. Ah, kadang aku mulai merindukan dicemburui olehnya.
Sampai suatu ketika, aku memergokinya di pelataran parkir, sedang berciuman dengan manajerku, kakak kandungku….
Kok gw ngebayangin itu syahrini ya. Lol
LikeLike