Kasihan…


Kasihan…
(written: Tuesday, October 11, 2011)

Aku memandanginya. Kekagumanku bertambah hari demi hari. Dan selalu membuatku mengerutkan kening setiap kali. Kenapa orang secantik dan sebaik ini harus menderita hidupnya. Dia begitu tulus padaku, namun itu malah membuat semua orang membencinya. Entah kenapa. Mungkin mereka hanya iri padanya.

Aku memang sering mengajaknya makan di restoran-restoran mewah. Tapi itu kulakukan karena dia begitu menderita di masa kecilnya. Untuk makan sehari-hari saja susah. Keluarganya begitu miskin hingga tak mampu membeli makanan yang layak. Aku ingin menebus masa kecilnya dengan mengajaknya menikmati makanan sepuasnya.

Aku juga sering mengajaknya berlibur keluar negeri. Tapi itu kulakukan karena dia begitu menderita karena kerinduannya. Katanya dulu dia pramugari, jadi dia sering bepergian ke seluruh dunia. Hal yang sudah tak pernah dilakukannya lagi sejak menjadi istri pengusaha miskin itu. Untuk itulah aku sekarang sesekali mengajaknya berlibur untuk menuntaskan kerinduannya itu.

Perhiasan mewah? Come on…dia begitu cantik. Lihat saja, perhiasan-perhiasan itu cocok sekali dengannya. Dan asal tahu saja, dia tak pernah minta padaku. Aku yang sering memperhatikannya saat dia termenung memandangi etalase-etalase perhiasan di mall. Dan kupikir tak ada salahnya bila aku membelikannya beberapa set untuk dipakainya sesekali saat ke pesta bersamaku.

Tas, sepatu, dan baju-baju mahal? Dia dulu pernah terbiasa dengan itu semua. Dulu dia pernah jadi model untuk mengisi waktu senggangnya saat di sekolah. Dia bilang itu sudah lama sekali. Saat itu dia sering difoto mengenakan baju, tas, dan sepatu-sepatu bermerk. Tapi dia tak pernah mampu membelinya dengan bayaran sebagai seorang model yang sangat terbatas itu. Sekarang toh aku mampu membelikannya, mengapa tidak kulakukan? Dan semua itu pantas sekali dipakai olehnya. Aku suka melihatnya.

Aku baru saja membelikannya sebuah apartemen di kawasan segitiga emas. Kasihan kalau dia tinggal terlalu jauh dari kantorku. Aku sering pulang malam, dan baru bisa bertemu dan makan bersamanya larut malam. Tak tega rasanya membayangkan dia harus pulang jauh-jauh. Biarlah dia pulang ke apartemen yang dekat saja.

Oya, mobilku juga kupinjamkan padanya, lengkap dengan sopirnya. Supaya dia tak terlalu lelah naik turun taksi jika ingin bepergian. Lagipula dengan kecantikannya yang sempurna itu aku tak ingin ada orang jahat yang mengganggunya ketika sedang menunggu taksi.

Anak-anakku tak suka padanya. Yah mungkin karena dia seumur mereka. Tapi tak ada salahnya kan? Justru mereka seharusnya bisa akrab seperti teman. Tapi kalau mereka tak suka ya sudahlah, toh mereka sudah punya kehidupan sendiri. Mereka tak berhak mencampuri kehidupanku.

Mantan pramugari yang dulunya mantan model, yang sekarang sudah jadi mantan istri pengusaha miskin itu segera akan jadi mantan pacarku. Aku akan menikahinya akhir bulan ini. Aku bahagia.

3 comments

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s