Ah, Hujan Ini…
(written: Monday, October 10, 2011)
Hujan selalu penuh kenangan tentangmu.
Dulu aku bertemu dirimu saat hujan. Waktu itu aku sedang kedinginan menunggu jemputan pacarku yang tak kunjung tiba (yang akhirnya kutahu dia memang lupa menjemputku karena keasyikan main basket), sementara aku belum pernah sekalipun naik angkutan umum. Waktu itu café ini penuh dengan orang yang berteduh menunggu hujan berhenti. Karena tak ada tempat tersisa, kau memberanikan diri untuk menegurku dan minta ijin untuk bergabung di mejaku. Aku ingat muka lugumu dengan kacamata besar bergagang hitam dan rambut tersisir rapi ke samping, lengkap dengan senyum yang dipaksakan.
Karena sama-sama terjebak hujan yang semakin deras, akhirnya kita ngobrol. Hey, ternyata kau menyenangkan juga. Kau dan cerita-cerita konyolmu mampu membuatku terbahak-bahak dan melupakan kebosananku. Dan di akhir hari saat hujan berhenti, aku memutuskan pulang bersamamu naik angkutan umum. Itu pertama kali dalam hidupku.
Ternyata, kantor kita tak terlalu jauh. Jadi akhirnya kita bisa sering-sering ketemu untuk berbagi cerita. Kaulah tempatku berbagi hampir tiap hari, saat pacarku akhirnya meninggalkanku demi gadis gaul yang selalu mengejar-ngejarnya itu. Aku tak terlalu sedih, karena kau selalu ada disini bersamaku.
Aku juga ingat saat kau akhirnya memberanikan diri memintaku jadi pacarmu. Waktu itu kita sedang berjalan pulang. Tanpa berpikir lama aku mengangguk, dan hujan mendadak turun dengan derasnya. Tapi kita tak peduli. Kita tetap berpegangan tangan dalam diam. Hanya hangat genggaman tanganmu yang kurasakan saat itu.
Malamnya hujan belum juga berhenti saat aku menerima telepon dari kakakmu. Dia bilang kau masuk UGD karena asmamu kambuh akibat kedinginan. Seperti terbang aku mengejarmu kesana. Tapi kau terburu-buru pergi tanpa memberiku waktu untuk menemuimu. Hanya tanganmu yang dingin yang bisa kugenggam semalaman. Ah, kau tak pernah bercerita tentang asma itu.
Hari ini sudah tepat setahun sejak kepergianmu. Aku duduk sendiri di sudut café ini. Tempat favorite kita jika ingin menikmati hujan. Sekarang jadi tempat favorite-ku jika ingin mengenangmu. Sore ini hujan masih turun, tak terlalu deras, tapi cukup membuat orang enggan beranjak pulang. Café ini masih penuh seperti biasanya.
“Maaf, boleh gabung, ngga? Café-nya penuh sekali.”
Aku mengangkat wajahku. Hey, mungkin ini isyarat darimu untukku memulai lagi hidupku. Dan aku tersenyum…
“Silakan…”