Dari Jendela Kamar
(written: Saturday, October 8, 2011)
“Halo cantik”
“Hey jelek”
Itu percakapan kami tiap pagi melalui jendela kamar kami di lantai atas. Rumah kami memang bersebelahan sejak keluarga mereka pindah ke lingkungan ini 3 tahun setelah kami menghuni rumah ini. Dan sejak itu aku jadi punya kebiasaan baru untuk bangun pagi sekedar untuk melihatnya menyiram bunga di luar jendela kamarnya dan menyapanya. Awalnya “Selamat pagi” dan “Pagi juga, mas”. Entah kenapa lama-lama berubah menjadi “halo cantik” dan “hey jelek”.
Ada saat-saat dimana aku tak menemukannya di jendelanya. Dan ada saat-saat aku tak berada di jendelaku. Saat-saat yang menyiksaku, karena tak melihatnya.
Ada saat-saat dimana pagi begitu cerah karena senyumnya begitu memikat saat menyapaku. Namun ada juga saat-saat dia menyembunyikan matanya yang sembab karena menangis semalaman.
Ada saat-saat menyebalkan ketika aku sering bangun siang karena harus begadang semalaman mengerjakan skripsiku sementara dia sudah berangkat kuliah.
Ada saat-saat dia mengenakan piyama merah jambu saat menyapaku, namun ada juga saat-saat dia mengenakan kaos butut dan celana super pendek hingga membuatku nyaris sesak napas.
Ada saat-saat dia menggoyang-goyangkan kepalanya pelan diiringi musik lembut, namun ada juga saat-saat dia berteriak-teriak dengan iringan musik rock di kamarnya.
Aku hafal semua motif gordyn jendela kamarnya. Tak ada yang polos. Bunga, tokoh kartun winnie the pooh kesukaannya, hingga batik coklat kesukaanku.
Dan hari ini, 20 tahun kemudian, kami akan mengucapkan janji setia kami di depan altar. Mulai besok pagi aku akan selalu menemukannya di bawah jendelaku.
Hahaha maaf yah mas, tapi ga tahan mau komen, akhirnya ada cerita cinta yang bahagia. sederhana, mudah ditebak tetapi membuat yang membaca menjadi segar kembali setelah dihantam dengan konspirasi penghianatan, penyesalan dan kematian (saya bacanya dr yg terbaru ke yang terlama hehe).
big fans!
LikeLiked by 1 person
Hehehe thanks mas
LikeLike