Yang tertinggal dari Chrisye
(written: Friday, April 13th, 2007)
Tau kan berita meninggalnya Chrisye sekitar 2 minggu yang lalu? Tau, dong. Kan hampir tiap jam beritanya ada di infotainment. Tapi disini gue bukan mau ngebahas soal infotainment-nya. Tapi sedikit renungan di balik berita tersebut.
Pada saat berita meninggalnya Chrisya tersebar, hampir semua wartawan meliput dan semua stasiun TV menayangkannya. Disana terlihat banyak sekali teman-teman almarhum yang datang melayat. Dan bahkan sampai ikut mengantarkan jenazah almarhum ke tempat peristirahatannya yang terakhir.
Yang sangat menarik perhatian gue dan membuat gue merenung panjang adalah suasana saat itu. Serasa semua orang datang memberikan penghormatan yang terakhir kepada almarhum. Semua teman dan kerabat berkomentar mengenai sosok Chrisye. Dan semua komentarnya mengungkapkan rasa kehilangan yang amat sangat dan kesan almarhum yang begitu baik di mata orang-orang dekatnya tersebut. Sederhana, bertanggungjawab, humble, ramah, penyayang, etc, etc, yang intinya adalah mereka sangat mengagumi, menghormati, dan menyayangi Chrisye.
Dan saat itu gue tiba-tiba berpikir, apakah nanti saat gue mengalami hal yang sama, meninggal, apakah akan banyak orang yang datang ke pemakaman gue? Apakah ada yang nangis kehilangan gue? Apakah semua teman dan kerabat gue akan menyempatkan diri untuk datang dan memberikan penghormatan terakhir buat gue? Apakah mereka semua akan merasa kehilangan dengan kepergian gue? Dan yang terpenting, apakah mereka mengagumi, menghormati, dan menyayangi gue? Pertanyaan-pertanyaan tolol yang tidak mungkin akan terjawab. Tentu saja karena gue belum ‘pergi’.
Tapi gue terpikir lagi ada ngga ya yang bisa gue lakukan supaya itu semua bisa terjadi. Mungkin gue harus sedikit melihat hubungan gue dengan orang-orang di sekitar gue. Apa hubungan gue baik-baik saja. Apa gue masih punya waktu untuk memperhatikan mereka? (well, ini rumus lama, kalo loe ingin diperhatikan orang lain, jangan lupa untuk memperhatikan orang lain juga). Apa gue memperlakukan mereka dengan baik? Gue sayang sama mereka, tapi yang penting adalah apa gue pernah menunjukkan rasa sayang gue itu?
Lalu waktu Minggu Paskah, seperti kebiasaan lama, gue dan keluarga pergi ziarah ke makam Om gue. Banyak sekali keluarga yang datang mengunjungi makam orang yang disayangi. Setelah dari makam Om gue, kita mampir sebentar di beberapa makam keluarga yang sudah agak jauh, sekedar untuk tabur bunga. Dan beberapa dari makam tersebut bahkan sudah terlihat tak terurus. Mungkin sudah lama ngga dikunjungi keluarganya. Jadi kita bayar orang buat membersihkan makam-makam tersebut.
Kembali gue berpikir, apa nanti makam gue akan seperti makam Om gue yang selalu diingat oleh keluarganya, atau seperti makam-makam yang tak terurus itu? Well, gue rasa gue ngga harus nunggu sampai gue masuk ke makam untuk tahu mengenai hal itu. Gue bisa merubah itu mulai dari sekarang. Selebihnya, gue rasa gue harus pasrah apa yang terjadi nanti, right?