Being rich. Is it important?
(Written: Sunday, May 18th, 2007)
Well, pertanyaan ini yang beberapa hari ini memenuhi ruang pikir gue. Gue baca dimana-mana para penulis kenamaan seakan-akan berlomba-lomba untuk membuat buku yang ‘mengajarkan’ cara menjadi kaya dengan cara yang berbeda-beda. Mulai dari investasi sampai enterpreneurship. Belum lagi para pembicara, trainer, motivator, semua seperti bersaing untuk mengadakan pelatihan atau seminar tentang enterpreneurship. Dan dalam semua ‘campaign’ itu, mereka selalu mengatakan bahwa kita harus kaya, dan itu membuat gue mencoba menata ulang konsep berpikir gue tentang ‘being rich’.
Gue selalu dididik untuk berpikir bahwa menjadi kaya itu memang menyenangkan, namun kekayaan tidak bisa membeli kebahagiaan. Well, konsep itulah yang gue bawa sampai saat ini. Hal itulah yang membuat gue berusaha menikmati ‘kekayaan’ gue sekarang saat gue masih bisa menikmatinya. Tapi dengan cara yang salah. Gue jadi boros, ngga pernah mikirin masa depan, ngga nabung, etc. Namun kemudian beberapa orang dekat gue berusaha untuk ‘meluruskan’ konsep gue. Akhirnya gue mulai nabung, belajar berinvestasi, asuransi, etc.
Namun itu semua gue lakukan semata-mata untuk memastikan gue akan hidup nyaman di saat usia gue tidak produktif lagi. Dan BUKAN UNTUK JADI KAYA. Gue tetap berpikir bahwa menjadi kaya itu ngga penting. Why? Karena gue belum menemukan alasan yang tepat kenapa gue harus kaya. Atau untuk apa gue harus kaya. Dan yang paling penting lagi, gue tidak bisa memastikan apa kekayaan bisa membuat gue bahagia. Gue masih merasa bahwa mencari kekayaan itu seperti minum air garam. Makin diminum, malah makin haus.
Beberapa rekan yang sukses dalam ber-enterpreneurship mengatakan bahwa mereka mendapatkan banyak keuntungan dengan menjadi kaya.
Pertama : mereka bisa memberikan yang terbaik kepada keluarga. Memberi tempat tinggal yang baik, pakaian yang bagus, makanan yang enak, dan pendidikan yang bermutu.
Kedua : mereka bisa lebih menikmati hidup. Bisa membeli barang-barang elektronik mewah, bisa membeli mobil mahal, bisa jalan-jalan keluar negeri, etc.
Ketiga : mereka bisa membantu orang lain. Memberikan bantuan keuangan, memberikan pekerjaan, memberikan sumbangan, etc.
Kalau dipikir-pikir, ketiga alasan di atas sangat masuk akal. Namun ada jawaban untuk setiap alasan.
Pertama : tempat tinggal yang baik tidak harus rumah mewah di kompleks mewah, namun bisa saja di kampung. Yang penting hubungan antar anggota keluarga dengan lingkungan terjaga dengan baik. Pakaian bagus tidak harus yang merk terkenal. Makanan enak tidak harus mahal, yang penting bergizi tinggi. Pendidikan yang bermutu tidak harus di sekolah mahal, asal system pendidikannya baik sama saja sebenarnya.
Kedua : Ini memang tidak bisa dipungkiri. Tapi apa menikmati hidup harus dengan cara seperti itu?
Ketiga : Alasan inilah yang membuat gue benar-benar berpikir ulang mengenai konsep ‘being rich’.
Menolong orang lain hanya bisa dilakukan bila kita memiliki apa yang mereka tidak miliki. Untuk menolong orang yang tidak sekolah, maka kita harus mempunyai dana untuk menyekolahkan. Untuk menolong orang yang tidak punya uang, maka kita harus punya uang. Untuk menolong orang yang tidak punya pekerjaan, maka kita harus punya usaha, sehingga bisa memberi mereka pekerjaan.
Alasan itu juga yang sekarang membuat gue berpikir untuk menjadi kaya. Dengan menjadi kaya, gue bisa menolong orang. Memberi pekerjaan yang pada akhirnya akan menolong keluarga-keluarga yang membutuhkan biaya hidup. Memberikan bantuan keuangan pada yang membutuhkan (memang lebih baik memberi ‘kail’ daripada memberi ‘ikan’, namun kadang-kadang pada suatu saat yang tepat, memberi ‘ikan’ jauh lebih baik daripada memberi ‘kail’).
Cuma memang masih ada satu keraguan gue. Gue masih takut untuk ‘minum air garam’. Gue juga belum bisa memastikan apa gue tidak akan menjadi orang yang ‘berbeda’ (dalam arti negatif) bila nanti menjadi kaya. So, untuk sekarang gue akan berusaha untuk menjadi orang yang sedikit lebih kaya dan tugas kamu-kamu semua untuk menghentikan gue sejenak bila gue mulai berubah menjadi pribadi yang berbeda atau saat gue mulai ‘berlari’ terlalu cepat