Disclaimer: ini tulisan yang telat hampir setahun hahaha
Minggu terakhir bulan Juli tahun lalu, bertepatan dengan ulang tahun gue ke…. twenty something itu, gue dan keluarga jalan-jalan ke Bandung. Iya, pas hari kerja. Iya, ambil cuti seperti tradisi tahun-tahun lalu. It was really really good birthday getaway.
Namanya family getaway, yang ikut mulai dari anak-anak sampai manula. Artinya tujuan jalan-jalannya harus bisa mengakomodasi semua orang. Jadi inilah yang kami lakukan selama di Bandung.
Taman Hutan Raya Juanda
Selama di Bandung, kami menginap di daerah Dago Pakar. Sengaja gue pilih daerah ini karena suasananya masih segar, hijau, namun tidak terlalu jauh dari pusat kota. Karena dekat dengan penginapan, maka Taman Hutan Raya Juanda menjadi salah satu tujuan kami. Biaya masuknya pun termasuk murah, hanya 15 ribu rupiah di akhir pekan. Saat masuk ke dalam, suasana terasa mirip dengan Kebun Raya Bogor. Pohon-pohon pinus yang tinggi terlihat di sepanjang pintu masuk. Udara terasa sangat segar karena minim polusi. Yang sedikit membedakan THR Juanda dengan KRB adalah terdapat air terjun dan gua-gua tua peninggalan jaman penjajahan dulu seperti Gua Belanda dan Gua Jepang. Namun karena memang tujuan utama hanya refreshing maka kami hanya berjalan-jalan menikmati pohon-pohon, pemandangan indah, dan udara segar. Dan kami tidak berjalan jauh sampai ke air terjun (yang paling dekat jaraknya 2,5 km yang jalan baliknya menanjak).
Rumah Guguk
Karena keluarga kami adalah keluarga pecinta anjing, maka Rumah Guguk menjadi salah satu tempat yang wajib dikunjungi pada saat ke Bandung. Letaknya di Setiabudi Atas, dan biaya masuknya adalah 50 ribu per orang. Pada awalnya, Rumah Guguk adalah pet shop biasa yang menjual segala jenis benda yang berhubungan dengan anjing. Di dalamnya juga terdapat kolam renang untuk anjing dan menyediakan layanan grooming. Sekarang area Rumah Guguk sudah diperluas, di dalamnya terdapat banyak anjing baik dari ras kecil maupun besar, dan pengunjung bisa bermain bersama anjing-anjing lucu yang jinak tersebut. Kalau berkunjung ke Rumah Guguk rasanya berjam-jam juga tidak akan bosan.
Observatory Bosscha
Para keponakan gue (dan omnya juga) udah lama pengen mengunjungi observatory ini. Membayangkan melihat benda-benda angkasa di langit tanpa batas lewat teleskop membuat kami semakin penasaran. Untuk mengunjunginya, perlu dilakukan reservasi via telepon karena jumlah pengunjung cukup terbatas tiap harinya, hanya sekitar 100 orang saja. Harga tiket masuk 20 ribu rupiah untuk akhir pekan dan 15 ribu rupiah untuk hari biasa. Kunjungan dibuka pukul 5 sore untuk tiap group.
Acara kunjungan dimulai di bangunan utama yang berisi teleskop terbesar berukuran 10 meter. Di sini disinggung sedikit mengenai sejarah singkat Obeservatory Bosscha beserta fungsi dan cara kerja teleskop besar tadi. Setelah itu pengunjung berpindah ke ruang multimedia untuk penjelasan yang lebih lengkap beserta gambar-gambar dan video pendukung. Setelah itu, saat langit benar-benar gelap (+/- jam 7 malam), pengunjung bisa menuju ke 3 teleskop yang disediakan untuk observasi. Ketiga teleskop itu masing-masing akan mengobservasi Bulan, Jupiter, dan Saturnus. Sayangnya langit tertutup mendung yang tebal (bahkan hujan beberapa saat), sehingga kami tidak bisa melakukan pengamatan benda-benda angkasa tersebut.
Gunung Tangkuban Perahu
Keesokan paginya sebelum pulang ke Jakarta, kami menyempatkan diri mampir ke Gunung Tangkuban Perahu, karena si birthday boy (iya, gue 😂) belum pernah ke sana. Kebetulan Sabtu pagi jalanan ke arah Lembang gak terlalu macet. Namun ternyata di lokasi sudah penuh dengan pengunjung. Konon dulu pengunjung boleh turun ke area kawah tertentu, tapi sejak terjadi letusan-letusan terakhir, jalan turun ke kawah ditutup untuk umum. Jadi kami hanya bisa berjalan-jalan di sepanjang tepi kawah bagian atas. Oya, ada pengalaman yang cukup mengganggu di sini. Kebetulan gue bawa drone kecil. Kurang lebih 5 menit setelah diterbangkan, ada beberapa orang yang mendatangi dan mengatakan bahwa pengambilan foto menggunakan drone harus meminta ijin lebih dulu (dan membayar tentunya 😝). Gue diminta menurunkan drone dan membayar. Gue bilang gak ada aturan resmi yang dipasang jadi gue akan turunkan drone tapi gue gak akan bayar. Dan mereka nurut karena memang gak ada aturan resminya hehehe.
Oya, kalo ada yang nawar-nawarin strawberry yang gede-gede, merah memikat, dan manis rasanya, harap berhati-hati ya sodara-sodara. Bokap beli, ternyata merah dan manis itu hanya di luar sahaja wkwkwkwk.
Tips:
1. Cari AirBnB di sekitaran Dago Pakar. Harganya belum terlalu mahal dan bisa buat rombongan
2. Kalo family trip harus banyak sabar ya, maklum harus mengakomodasi banyak kepentingan hahaha
Keinget saat ke Boscha tapi pas hari Senin kalau gak salah. Tutup >.< batal deh akting ala Sherina dan Sadam nyanyi Bintang-bintang hahaha
LikeLike
Hahaha iya bener om 😂😂
LikeLike