Tiap ulang tahun gue selalu berusaha ambil cuti. Tahun ini gue ambil cuti sekalian jalan-jalan ke Hanoi.
Seperti biasa, biar ngirit gue pake Air Asia Asean Pass. Harganya 1.950.000 rupiah dapat 10 token. Tidak ada direct flight dari Jakarta ke Hanoi, sehingga harus transit di Kuala Lumpur. Sayangnya tiket Jakarta-Kuala Lumpur versi Asean Pass sudah habis, jadi terpaksa hanya beli Kuala Lumpur Hanoi PP sebanyak 6 token. Jadi masih ada sisa 4 token yang kelak gue pake buat ke Singapura sebulan kemudian.
Garis besar itinerary adalah: Jumat pagi berangkat dari Jakarta, lalu seharian jalan-jalan di KL, kemudian malam cek in di hotel dekat airport, Sabtu pagi-pagi sekali berangkat ke Hanoi dan seharian keliling kota, kemudian Minggu pagi berangkat ke Halongbay dan menghabiskan hari di tengah laut, lalu Senin siang kembali ke Hanoi, menghabiskan malam terakhir di Hanoi sebelum pulang ke Jakarta via KL hari Selasa.
Secara umum itinerary bisa dipenuhi dengan beberapa kejutan di sana sini.
Kuala Lumpur
Ini bukan pertama kalinya gue ke KL. Tapi gue mau ada yang baru di tiap kunjungan. Jadi gue memutuskan untuk menyusuri kota sambil berjalan kaki. Tujuan utamanya adalah mengunjungi herritage site di sekitar Merdeka Square. Ada Masjid Jamek, Panggung Bandaraya, Sultan Abdul Samad Building, Perpustakaan Kuala Lumpur, dan Kuala Lumpur City Gallery.
Di tempat terakhir ini gue menyaksikan sebuah pertunjukan yang mengagumkan. Di sini ditunjukkan perencanaan kota Kuala Lumpur sampai beberapa tahun ke depan dalam bentuk multimedia. Dari pembangunan jaringan transportasi umum, pengembangan kota, kawasan hijau, dll. Tampak sangat terencana dan visionary. Gue sedikit merasa iri. Andai saja Jakarta punya planning yang sebagus ini dan bisa dipamerkan ke publik, pasti orang-orang akan lebih mau menerima dan mendukung rencana pemerintah daerah.
Oh, dan tentu saja gue gak lupa untuk mampir dan nongkrong (baca: makan) di tempat favorite gue, Jalan Alor di Bukit Bintang.
Hanoi
Sebagai bekas negara jajahan Perancis, kesan Paris cukup melekat di kota Hanoi. Beberapa gedung tua berarsitektur Perancis, kafe-kafe bergaya Perancis, jalan-jalan kecil bersuasana Paris, dan tentu saja St. Joseph Cathedral yang mirip dengan Notre Dame Cathedral di Paris.
Kesan kota tua sangat terasa di pusat kota Hanoi. Bangunan-bangunan tua yang sudah dipugar kemudian dialihfungsikan sebagai perkantoran, restoran, dan bahkan hotel. Selama di Hanoi, gue menginap di 2 hotel yang berbeda. Malam pertama di L’Opera Hotel, dan malam terakhir di Sofitel Legend. Kedua hotel tersebut merupakan bangunan bersejarah di pusat kota Hanoi. Bahkan salah satu hotel tersebut pernah menyelamatkan seluruh tamunya dari serangan bom di masa perang dengan memindahkan mereka ke ruang bawah tanah.
Gue hampir gak menemui mall besar di Hanoi. Barang-barang bermerk memiliki gerai toko masing-masing di sepanjang jalan di tengah kota Hanoi. Oya, lalu lintas di Hanoi gak berbeda jauh dengan Jakarta (tanpa macetnya). Maksud gue, orang sembarangan menyeberang jalan, kendaraan tetap menerobos lampu merah, bahkan ada persimpangan tanpa lampu pengatur lalu lintas. Keadaan sangat kacau, tapi tidak ada kecelakaan yang gue temui di sana. Hebatnya, mereka memiliki kesabaran level dewa. Hampir gak terdengar klakson ditekan berulangkali atau orang saling memaki. Semua berjalan dengan baik walaupun terlihat kacau. Di jalanan Hanoi terlihat banyak motor, terutama scooter matic. Seperti halnya di Jakarta, sebagian besar pengendara motor inilah sebenarnya sumber kekacauan di jalan raya Hanoi hahaha.
Gue berkeliling kota dengan santai. Mengunjungi museum sejarah Hanoi (mirip dengan Museum Gajah di Jakarta), mengunjungi St. Joseph Cathedral, bersantai di taman di pinggir danau yang berada di tengah kota, menonton water puppet, dan tentu saja menikmati makanan khas Vietnam.
Danau di tengah kota Hanoi yang disebut Hoan Kiem Lake (Sword Lake) terlihat unik. Di tengah danau terdapat sebuah kuil kecil yang disebut Turtle Tower. Taman dan pedestrian yang mengitari danau dipenuhi dengan warga Hanoi dan turis yang bersantai menikmati suasana sore.
Khusus water puppet, gue sangat terkesan dengan musik tradisional Vietnam yang mengawali pertunjukan. Nadanya seakan-akan memadukan seni musik Cina dan Sunda. Sungguh menawan. Water puppet sendiri konsepnya mirip dengan wayang golek hanya saja dimainkan di atas permukaan air. Pertunjukan dibagi menjadi 11 babak yang diakhiri dengan munculnya seluruh ‘dalang’ (10 orang pria dan wanita) ke hadapan penonton.
Makanan khas Vietnam seperti pho (sup daging dengan mi khas vietnam), lumpia, dan banh mi (sandwich ala Vietnam) rasanya cukup enak dan cocok dengan lidah Indonesia gue. Tentu harus disesuaikan, misalnya untuk gue yang alergi udang harus mencari/meminta makanan tanpa udang. Kalau ingin yang halal juga harus bertanya karena makanan Vietnam banyak yang menggunakan daging babi.
Jangan lupa untuk mencicipi kopi khas Vietnam. Kopi yang diseduh menggunakan coffee drip lalu dicampur dengan susu kental manis. Walaupun gue sudah ‘bertobat’ karena pernah kena serangan maag akut gara-gara kopi, tapi gue gak tahan godaan untuk menikmati kopi Vietnam ini. Wanginya memabukkan, rasanya menenangkan.
Ada lagi yang khas dari kota Hanoi. Warung kopi bertebaran di pinggir-pinggir jalan, art gallery juga banyak di tengah kota, begitu pula butik-butik lokal mirip di Seminyak Bali. Dan satu lagi…..penjual buku. Buku-buku yang ditata rapi di rak-rak yang diletakkan di pinggir jalan membuat gue bertanya-tanya apakah warga Hanoi memiliki minat baca yang tinggi?
Halong Bay
Pagi hari gue dijemput ke hotel oleh tour agent di Hanoi dan diantar ke Halong Bay. Perjalanan ditempuh kira-kira 3 jam dengan satu kali beristirahat. Setelah tiba di Halong Bay, gue harus naik kapal kecil untuk menuju kapal cruise yang akan gue tempati dua hari ini.
Kemudian kapal berlayar ke tengah laut dan berhenti di lokasi yang sudah ditentukan. Agenda yang dijadwalkan selama dua hari ini adalah cave touring, kayaking, swimming, cruise party dan squid fishing di hari pertama, lalu tai chi, cooking class, dan mengunjungi pearl farm di hari kedua. Namun ada beberapa yang terpaksa harus dibatalkan karena cuaca yang kurang mendukung.
Entah kenapa, seminggu terakhir hujan terus mengguyur Halong Bay. Bahkan setelah selesai kayaking, tour leader memberitahu kalau kapal kami harus kembali ke Halong Bay dan tour harus berakhir karena faktor cuaca. Gue ditawari untuk langsung pulang ke Hanoi atau menginap di hotel di sekitar Halong Bay, semua atas tanggungan pihak tour agent. Untungnya cuaca membaik sehingga kapal bisa kembali ke tengah laut. Namun beberapa acara seperti swimming, cruise party, squid fishing, dan tai chi terpaksa dibatalkan.
Kunjungan ke pearl farm ternyata cukup menarik. Mutiara yang dihasilkan juga ternyata tidak alami, namun ‘direkayasa’. Jadi ada orang yang memasukkan inti ke dalam tiram, sehingga tiram dipaksa untuk menyelubungi inti tersebut dengan zat unik yang lama kelamaan akan mengeras dan menjadi mutiara. Rekayasa ini mampu menghasilkan mutiara dalam waktu yang relatif lebih cepat dan lebih banyak.
Rombongan di cruise yang sama kurang lebih ada 3 kelompok. Satu keluarga besar dari Jerman, satu couple dari Amerika, dan gue bertiga dari Indonesia. Totalnya sekitar 12 orang. Pas. Gak terlalu ramai dan gak terlalu sepi.
Suggestion:
1. Untuk trip ke Halong Bay ini mending beli di airport aja, bisa ditawar. Bisa sekalian dapat antar jemput ke airport. Kalo beli di internet lebih mahal.
2. Kalo mau pake Air Asia Asean Pass, mending pilih yang schedule sepi. Hindari weekend, tiket sering abis
3. Kalo mau makanan halal mending seafood aja. Yang lain gak dijamin, soalnya makanan mereka babi-minded
4. Untuk internet, kalo mau mending beli aja. Murah kok, dan lumayan cepet. Harganya sekitar 7 USD 4,5 GB
5. Kalo planning ke Halong Bay, jangan pas musim hujan. Eh tapi sekarang susah diprediksi juga sih musimnya.
6. Hanoi itu kalo pertengahan tahun panas dan lembab. Mending pake kaos yang tipis-tipis aja
7. Saat ini nilai mata uang Vietnam (Dong) lebih kecil dari Rupiah. Kira-kira 1 Rupiah = 1,5 Dong. Tapi enakan bawa USD sih. Soalnya kalo weekend money changer pada tutup. Tapi kalo pake USD bisa tukar sama ibu-ibu di pinggir jalan. Nilai tukarnya lumayan kok.
“Sepuluh token” Air Asia itu maksudnya gimana ya, bangBen?
LikeLike
Jadi beli Pass itu dapat 10 token. Nanti liat di website-nya Air Asia kalo ke tujuan mana bayarnya berapa token. Misalnya ke Singapura cuma 1 token, jadi PP 2 token. Ke Bangkok 3 token, jadi PP 6 token. Token bisa digunakan sampai setahun setelah pembelian, tapi kalo sudah digunakan sekali, sisa tokennya hanya berlaku sebulan. Enak kalo mau keliling Asean sih.
LikeLiked by 1 person
Belum lengkap emang kalo ke Hanoi dan belum nyaris ditabrak motor. #pengalamanpribadi
LikeLike
Hahahaha sama Mpal 😂😂😂
LikeLike
biasanya rame bgt loh suara klakson di jalanan Hanoi krn dari kejauhan udh brisik bgt. Apa sempet nyobain coconut coffee? atau egg coffee? THE BEST! dan salah satu life skill krn tinggal di sini >12 thn adl bisa nyebrang jalan tanpa di tabrak :))))
LikeLike
Hahaha kereeen 👏🏼👏🏼👏🏼
LikeLike