Senang di Penang


Pertama kali saya merencanakan perjalanan ke Penang dan Medan, yang terbayang di kepala saya cuma satu, makan enak 🙂

Sudah bukan rahasia lagi kalau Penang dan Medan adalah salah dua dari beberapa kota di ASEAN dengan makanan lokal yang terkenal kelezatannya. Jadi kalau jalan-jalan ke dua tempat tersebut silakan lupakan diet untuk sementara 🙂

Perjalanan saya kali ini menggunakan AirAsia ASEAN Pass. Ini salah satu program baru dari Air Asia. Kita bisa membeli ASEAN Pass yang berisi token. Saya membeli ASEAN Pass seharga RP 1,950,000 dengan isi 10 token. Pass ini bisa dibeli di airasia.com dengan mendaftar menjadi anggota terlebih dahulu. Setelah membeli pass, baru saya bisa memesan tiket menggunakan token yang ada. Tiket Jakarta-Penang seharga 3 token, tiket Penang-Medan seharga 1 token, dan tiket Medan-Jakarta seharga 5 token. Totalnya 9 token. Masih sisa satu token buat kapan-kapan. Oya, sejak dibeli, token ini berlaku selama satu tahun, namun jika sudah digunakan sisanya hanya berlaku satu bulan. Penghitungan token ini sebenarnya hanya memperhitungkan jam terbang. Jika lebih dari 2 jam harganya 3 token, jika kurang dari 2 jam harganya 1 token. Khusus untuk perjalanan domestik di Indonesia, harganya mahal (5 token). hal ini disebabkan adanya aturan pemerintah mengenai harga tiket minimum. Tambahan lain adalah airport tax Jakarta 150 ribu, Penang 46 ribu, Medan 177 ribu. Total biaya sekitar 2,3 juta.

Saya berangkat dari Jakarta ke Penang hari Kamis jam 6 pagi, berangkat dari Penang ke Medan hari Jumat jam 4 sore, dan berangkat dari Medan hari Minggu jam 6 sore. Jadi secara total saya mempunyai waktu 4 hari untuk jalan-jalan dikurangi waktu perjalanan.

Penang

Penang adalah sebuah pulau di Malaysia yang beribukota George Town. Pada tahun 2008, George Town secara resmi ditetapkan oleh UNESCO sebagai cagar warisan budaya dunia (UNESCO World Heritage Site). Bisa dibayangkan betapa banyak bangunan peninggalan ratusan tahun lalu yang bertebaran di seluruh kota. Pemandangan kota secara umum menyajikan suasana kota tua layaknya Old Batavia di Jakarta Utara. Masjid tua, Gereja tua, kuil tua, rumah-rumah dan pertokoan tua adalah bangunan yang terlihat hampir di seluruh penjuru kota.

Orang Indonesia banyak yang ke Penang untuk berobat. Saya juga kurang tahu apakah di Penang biayanya lebih murah atau dokternya lebih jago. Tapi cukup terkenal bahwa orang datang ke Penang itu untuk berobat. Makanya pada saat saya berencana untuk ke Penang, teman-teman saya mengira saya sedang sakit dan akan berobat hahaha.

Hotel tempat saya menginap adalah sebuah bangunan di pusat kota tua yang telah berdiri lebih dari 100 tahun lalu. Bangunan lama tetap dipertahankan, hanya dilakukan renovasi dan perbaikan jika diperlukan saja. Suasananya hangat, nyaman, dan menyenangkan. jauh dari kesan menyeramkan seperti bangunan tua lainnya. Nama hotelnya Noordin Mew. You’ll be satisfied with the treatment of all friendly staffs. You’ll feel like home 🙂

 

 Karena letaknya di tengah kota tua, maka saya memutuskan untuk berjalan kaki mengelilingi kota untuk menikmati obyek-obyek wisata yang ada. Saya menikmati berjalan kaki di sini karena suasana kota yang tua namun terlihat indah dan terawat. Kebetulan matahari tidak terlalu terik karena mendung.

 
 Obyek pertama yang saya kunjungi adalah Kuil Khoo Kongsi, sebuah kuil keluarga yang sudah berusia ratusan tahun, yang terletak kira-kira 20 menit berjalan santai dari hotel. Saat masuk kita harus membayar 10 MYR. Di bagian bawah kita bisa melihat silsilah generasi keluarga ini beserta beberapa aktifitas yang pernah diadakan di dalam kuil. Sebenarnya kuil terlihat lebih indah di malam hari karena lampu yang menyebar di sisi luar bangunan. Namun saat saya bertanya, hari ini lampu tidak dihidupkan karena alasan tertentu. But it’s ok. It looks good anyway. Struktur bangunan dan hiasan di kuil terlihat menawan dengan dominasi warna kuning keemasan. Patung dan lukisan-lukisan kuno juga terlihat memenuhi dinding kuil.

 
 Kemudian saya melanjutkan perjalanan menuju Masjid Kapitan Keling, sebuah masjid peninggalan seorang muslim berdarah India. Salah satu masjid terbesar di Penang ini dibangun sekitar abad 19. Dekorasi masjid didominasi warna putih dengan halaman rumpur yang luas. Information center ada di bangunan di bagian depan masjid.

 

Karena hujan, saya berteduh di sebuah kompleks pertokoan di sebelah masjid dan…….makan 🙂

Makanan paling terkenal di Penang adalah nasi kandar. Ini terlihat seperti nasi Padang. Jadi menunya adalah nasi (bisa nasi putih bisa nasi tomat) dengan lauk pilihan kita (ayam goreng, ayam madu, udang goreng, kari kambing, telur, dll) lalu diberi kuah beraneka ragam. Aroma kari terasa agak kuat namun rasanya tetap enak.

 
Setelah hujan reda saya melanjutkan perjalanan kembali. Tujuan berikutnya adalah Gereja St. George, gereja Anglikan tertua di Asia Tenggara. Bangunan gereja bergaya Eropa didominasi warna putih. Namun sayang karena saya datang pada jam yang tidak tepat, maka tidak diijinkan masuk ke dalam gereja.

 
Tujuan berikutnya adalah Pinang Peranakan Museum, namun karena hujan, saya terpaksa berteduh (lagi) di sebuah warung makan. Niatnya cuma ngopi. Tapi karena hujan (alasan hahaha) terpaksa lapar lagi. Trus pesan mi. Trus enak pake banget hahaha. Setelah hujan reda saya melanjutkan perjalanan lagi.

Tujuan berikutnya adalah Penang Peranakan Mansion, sebuah rumah kuno yang berisi benda-benda bersejarah bercirikan Cina Peranakan. Seluruh rumah berisi furniture dan dekorasi kuno. Beberapa accessories seperti kain dan perhiasan bisa dibeli di counter penjualan. Tentu saja harganya cukup mahal. Karena interiornya yang kuno dan indah, banyak pasangan yang akan menikah melakukan sesi foto pre-wedding di tempat ini. Tentu dengan kostum pernikahan cina peranakan.

 
   Berjalan menyusuri garis pantai di sebelah ‘alun-alun’ kota, melewati deretan toko-toko yang sepertinya sudah berdiri jauh sebelum saya lahir, dan akhirnya kembali ke hotel menggunakan bis gratis yang disebut CAT.

 
 Malamnya saya berkeliling di sekitar hotel untuk mencari makanan lokal. Kira-kira 2 blok dari hotel terdapat semacam pusat streetfood yang berisi sekitar 10 warung makan. Semacam komplek warung tenda di Jakarta. Makanan yang ada bervariasi dari chinese food, gorengan, western food, sampai buah-buahan. Rasanya enak semua (iya, semua hahaha). Saya sempat ngobrol dengan satu orang penjual yang sangat ramah. Ketika tahu bahwa saya berasal dari Indonesia ada satu pernyataannya yang cukup membuat saya bangga. Katanya “most of our food came from Indonesia, but I think the original one in Indonesia is waaaay better than here”. I couldn’t agree more 🙂

 
Keesokan harinya, karena waktu cukup terbatas sementara masih banyak obyek yang ingin saya kunjungi, maka saya menggunakan jasa city tour. City tour yang dimaksud ini adalah menyewa sebuah mobil lengkap dengan sopirnya, yang akan mengantarkan kita keliling kota selama minimal 4 jam dan pada akhir perjalanan akan diantarkan ke airport. Biayanya 35 ringgit Malaysia (RP 140,000) per jam.

Di hari kedua ini saya mengunjungi Cheong Fat Tze Mansion, yaitu sebuah rumah tinggal salah satu orang kaya Malaysia di jalan dulu. Saat ini pengelolaan rumah ini sudah diserahkan pada negara. Rumah yang indah, dengan pengaturan unsur-unsur fengshui yang sempurna. Tour di dalam rumah ini ditemani oleh seorang pemandu dengan cara bercerita yang sangat memikat, membuat kita enggan beranjak sebelum ceritanya selesai. Lama tour berkeliling rumah tersebut sekitar 45 menit.

 
       Kemudian saya juga mengunjungi obyek wisata Burmese Temple di daerah Pulau Tikus, yang suasananya mirip dengan kuil-kuil di Thailand, lengkap dengan patung Sleeping Buddha yang terkenal itu. Kalau berfoto di tempat ini, hasilnya tampak seperti kita sedang berada di Thailand, karena bangunan-bangunan kuil berwarna emas.

 
   Setelah itu saya melanjutkan perjalanan ke Penanghill untuk mengunjungi Kek Lok Si Temple yang terletak di atas gunung. Dari sini kita bisa melihat kota George Town dari ketinggian. Dan di sini kita bisa menemukan patung Dewi Kwan Im dalam ukuran raksasa yang terletak di atas bukit.

 
 Dari Penanghill saya langsung menuju airport dan melanjutkan perjalanan ke Medan. Jalan-jalan di Medan akan ditulis di postingan berikutnya.

3 comments

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s