Sometimes The Wrong Train Will Get You To The Right Station ~ The Lunchbox


Note: spoiler alert!

Dua film yang gue tonton dan paling berkesan buat gue tahun ini adalah The Lunchbox dan X-Men:The Days of Our Future Past. Gue suka kedua-duanya karena alasan yang berbeda.

The Lunchbox

IMG_6085.JPG
Ada beberapa hal kenapa film ini cukup berkesan buat gue. Pertama, ini adalah film India pertama yang gue tonton tanpa tarian dan nyanyian yang extravaganza (well, gue cuma nonton 4 film India so far, Mahabharata, Kuch Kuch Hota Hae, 3 Idiots, dan film ini, The Lunchbox). Lalu, gue nontonnya saat berada dalam perjalanan dari Jakarta ke Tokyo (well, gue blom pernah ke Tokyo sebelumnya, jadi karena too excited gue malah gak bisa tidur). Kemudian gue suka ceritanya yang sederhana namun menyentuh, dengan ending yang gak dipaksain (walaupun gue gak suka sama endingnya). Terakhir, gue suka kutipan di film ini, “sometimes the wrong train will get you to the right station…

Tokoh utamanya sebenarnya hanya 2 orang. Satu wanita yang sudah menikah dan mempunyai seorang anak namun hampir putus asa untuk mengambil hati suaminya kembali, dan satu pria yang akan segera pensiun dan telah lama ditinggal mati oleh istrinya. Dua orang kesepian menjalin hubungan yang sederhana hanya gara-gara salah kirim katering untuk makan siang. Hubungan yang terjalin hanya sebatas saling berbalas surat yang diletakkan di dalam rantang katering.

Cerita mengalir lambat namun manis. Emosi dibangun perlahan-lahan dengan dukungan peran dua tokoh lain. Satu pria muda yang akan menggantikan posisi si pria kesepian pertama di kantor dan satu wanita tua yang menjadi tetangga flat si wanita kesepian pertama, yang setia mengurus suaminya yang sudah koma selama 15 tahun.

Walaupun cerita utamanya adalah seputar hubungan dua orang kesepian tadi, namun hubungan tokoh-tokoh utama dengan tokoh-tokoh tambahan semakin memperkuat karakter mereka. Terlihat bagaimana pada awalnya si wanita berusaha keras mendapatkan hati suaminya kembali dengan meminta nasehat wanita tua tetangganya. Bagaimana karakter si pria kesepian yang menutup diri bisa pelan-pelan berubah lebih terbuka dengan ‘paksaan’ dari pria muda calon penggantinya itu.

Kenapa gue memilih untuk nonton film ini di pesawat? Alasan utama adalah gue cenderung memilih film yang biasanya gak akan gue tonton di bioskop atau di DVD (karena susah cari di Ambas hehehe). Dan lagi, kalo nonton film di pesawat, buat gue kekuatan cerita itu nomor satu. Special effect sih gak ngaruh, orang nontonnya pake headphone.

Oya, setelah nonton film ini gue punya satu tujuan baru untuk jalan-jalan. Bhutan. Kenapa? Nonton aja dulu filmnya πŸ™‚

X-Men: The Days of Our Future Past

IMG_6083.JPG
Gue selalu suka seri X-Men karena deep down inside, gue percaya mereka itu sebenarnya memang ada. People with special gift. Khusus seri ini, banyak yang jadi kesukaan khusus gue. Kalo boleh pilih bisa jadi X-Men yang mana, gue mau jadi Wolverine karena badannya bisa memperbaiki sel-selnya sendiri, atau jadi Mystique yang bisa berubah jadi siapa aja (insert emoticon mesum di sini hahaha). Nah, dua-duanya jadi tokoh sentral di seri ini. Ditambah lagi, kisah time travelling yang juga jadi fantasi gue bertahun-tahun sejak jaman Back to The Future-nya Michael J. Fox dulu. Lengkap.

Secara umum ceritanya sih biasa aja. Jadi untuk menyelamatkan dunia (baca: para mutant) di masa depan, Wolverine dikirim ke masa lalu untuk mendamaikan Xavier dan Magneto muda, sehingga mereka bisa bekerjasama untuk membatalkan proyek pembuatan robot penghancur mutant. Dengan konflik di sana sini, akhirnya misi berhasil dan masa depan para mutant bisa diselamatkan.

Saking senengnya, gue nonton berkali-kali. Dan sampai gue copy juga di ponsel. Jadi kalo lagi bosen tinggal ditonton aja lagi.

Eh ngomong-ngomong, gimana caranya ya biar bisa jadi Mystique? #eaaaak

*gambar diambil dari google

17 comments

  1. Pingback: Momen | LINIMASA
  2. The Lunchbox ini juga jadi salah satu film India favoritku *saking terkesannya, juga aku ulas khusus di blog.
    Sepakat tentang endingnya. Bagus, tapi nggak ideal di kepalaku muahaha. Dan, aku penasaran sama masakannya si Ila. Soalnya (lagi-lagi harus sepakat) makanan India gak ada yang enak (kecuali di Kashmir, oooh itu juara).

    Like

Leave a comment