Sejak kecil kita sudah dikenalkan dengan tugas kelompok. Saat kita kecil, memang topik biasanya dipilihkan oleh guru. Setelah besar, kadang-kadang kita memilih topik sendiri. Seringkali kita tidak sependapat dengan teman-teman dalam satu kelompok dalam menentukan beberapa hal saat mengerjakan tugas kelompok tersebut. Dari mulai menentukan ketua kelompok, memilih topik, sampai cara pengerjaannya.
Saat kita tidak sependapat, kita berargumentasi, berdebat, berdiskusi, bermusyawarah dengan teman-teman dalam satu kelompok. Waktu juga terbatas karena kita harus segera mengerjakan tugas dan mengumpulkannya dalam waktu tertentu. Tak jarang kita akhirnya harus melakukan voting untuk menentukan suatu keputusan. Tak jarang pula pilihan kita kalah dalam voting. Lalu saat pilihan kita kalah suara, apakah kita akan keluar dari kelompok? Apakah kita akan diam saja dan tidak ikut mengerjakan tugas lagi sampai selesai? Apakah kita akan menyerahkan tanggung jawab akan nilai tugas kita kepada teman-teman lainya?
Seharusnya sih jawabannya tidak. Walaupun akhirnya pilihan kita tidak diambil sebagai pilihan kelompok, kita tetap harus mengerjakan apa yang sudah diputuskan dengan sebaik-baiknya dan tentu saja ikut bertanggung jawab atas hasil tugas tersebut. Toh akhirnya nilai yang didapat adalah nilai kelompok, bukan nilai individual. Saat nilai yang didapat jelek, kita tidak boleh menyalahkan anggota kelompok yang lain dan menimpakan tanggung jawab kepada mereka. Justru tanggung jawab kita lebih besar. Kenapa? Karena saat berdiskusi, berargumentasi, berdebat, kita pasti sudah mengetahui resiko yang ada pada masing-masing pilihan. Dan saat keputusan yang diambil itu bukan pilihan kita, kita justru harus lebih teliti untuk menjaga dan membantu menutup segala resiko agar tidak mengurangi nilai kelompok nantinya.
Bukan cuma sekali ini pemilihan presiden dilakukan di Indonesia. Dan bukan sekali ini saya mendengar ungkapan ‘lo yang pilih lho, bukan gue. Kalo ada apa-apa lo yang tanggung jawab’. Buat saya, ini ungkapan yang sangat kekanak-kanakan. Karena pilihan kita kalah, bukan berarti kita tidak ikut bertanggungjawab atas jalannya pemerintahan 5 tahun ke depan. Justru tanggung jawab menjadi lebih besar karena fungsi pengawasan menjadi tanggung jawab kita sebagai pihak oposisi. Tugas kita adalah untuk mengingatkan segala resiko sepanjang waktu agar tidak benar-benar terjadi.
Jika pilihan kita menang, bukan berarti selesai. Ini baru dimulai. Kita harus meyakinkan bahwa pilihan kita tidak salah. Pihak yang berbeda pilihan juga harus dirangkul. Biasanya mereka akan lebih teliti dalam pengawasan. Ini tentu sangat baik dalam proses pengawalan pemerintahan.
Yang paling penting, proses pemerintahan ke depan bukan hanya tanggung jawab mereka-mereka yang memilih saja, tapi tanggung jawab seluruh rakyat. Setuju kan?
Love it. Kushare di FB yo bang.
LikeLike
Siaaap 🙂
LikeLike