Mulai bulan ini Gubernur Jokowi menerapkan aturan baru yang melarang penggunaan mobil pribadi satu kali dalam satu bulan bagi PNS di wilayah DKI. Yang mengejutkan saya, sang wakil gubernur, Ahok, justru melanggar aturan tersebut. Beliau tetap membawa mobil ke kantornya di balaikota. Kita tidak akan berdebat mengenai mobil pribadi atau mobil dinas, tapi yang jelas Ahok sudah dengan sadar melanggar aturan tersebut.
Dari beberapa media yang saya baca, ada beberapa alasan mengapa Ahok memilih mengabaikan aturan atasannya dan tetap naik mobil ke kantor.
1. Ahok menganggap naik mobil dinas ke kantor jauh lebih efektif dibandingkan menggunakan angkutan umum. Dari rumahnya di Pantai Mutiara membutuhkan 2-3 kali ganti kendaraan umum dan membutuhkan waktu 2 jam. Dibandingkan dengan naik mobil yang hanya makan waktu satu jam. Menurut Ahok dengan perbedaan waktu tersebut beliau sudah bisa membuat beberapa kebijakan.
2. Sesuai prosedur, Ahok harus didampingi oleh ajudan. Jadi dengan ikutnya ajudan tersebut, maka dianggap keamanannya akan terganggu jika naik kendaraan umum.
3. Jika tidak membawa mobil, maka nantinya akan kerepotan saat harus meeting dan kunjungan kerja ke beberapa tempat di Jakarta.
Entah saya yang sudah mulai terganggu karena attitude Ahok yang pemarah (dan sering sekali), entah memang saya terganggu dengan ‘pembangkangan’ Ahok tersebut, namun saya merasa Ahok sudah membuat kesalahan. Dan alasan-alasan tersebut memang terkesan dipaksakan.
1. Memang naik mobil dinas akan lebih efektif karena hanya sekali jalan dan waktunya hanya satu jam saja. Buat saya, sebagai pejabat publik yang memang harus dekat dengan rakyat, apa salahnya ikut merasakan apa yang rakyatnya rasakan. Toh masih manusiawi. Bukan disuruh makan nasi aking, misalnya. Lagipula perbedaannya hanya satu jam. Satu jam, sodara-sodara! Berapa kebijakan yang bisa dibuat beliau dalam waktu satu jam? Jika bisa membuat beberapa kebijakan dalam waktu satu jam, kualitas kebijakan tersebut harus dipertanyakan karena hanya dibuat dalam waktu sangat singkat.
2. Berapa orang ajudan yang harus ikut? Dua? Tiga? Bagaimana saat beliau blusukan? Pasti disertai ajudan kan? Apakah ada yang terganggu? Saya rasa tidak ada. Semua orang senang bertemu langsung dengan pimpinannya. Dan bahkan ada keuntungan lain. Ahok bisa mendengar langsung keluhan warganya saat bersama-sama naik kendaraan umum. Dan katanya beliau tidak takut mati untuk membela rakyat, kok sekarang jadi takut naik kendaraan umum?
3. Saat ini aturan hanya menyebutkan satu kali dalam sebulan. Apakah tiap hari Ahok ada kunjungan kerja dan meeting di luar kantor? Apakah tidak bisa dijadwalkan sehingga pada saat hari bebas mobil itu beliau meeting dan kerja di kantor saja? Atau manfaatkanlah teknologi. Bisa TV conference, teleconference, Skype, dll.
Menurut saya sangat tidak pantas Ahok menunjukkan arogansi dengan melanggar aturan yang dibuat oleh atasannya sendiri. Apakah Jokowi membuat aturan tanpa diskusi dengan pejabat lain seperti Ahok? Saya rasa tidak mungkin. Seharusnya sudah ada diskusi sebelumnya. Jika Ahok keberatan dengan aturan tersebut, seharusnya disampaikan dan diadakan perdebatan sebelum aturan dikeluarkan. Jika aturan sudah dikeluarkan, artinya sudah mengikat. Semua harus tunduk pada aturan tersebut. Entahlah kalau Ahok mencari celah dengan menganggap aturan itu hanya untuk PNS dan dia menganggap dirinya bukan PNS.
Dengan pembangkangan itu Ahok sudah memberi contoh yang tidak baik bagi warganya. Persis seperti POLRI yang memberlakukan aturan bahwa selain bus TransJakarta dilarang melewati jalur busway, namun suatu hari ada salah satu kendaraan milik petinggi POLRI yang melintasi jalur busway. Atau seperti Presiden yang menghimbau agar memanfaatkan fasilitas kesehatan di dalam negeri namun beberapa waktu kemudian sang Ibu Negara melakukan kontrol kesehatan ke luar negeri. Double standard.
Don’t get me wrong. I like him. I like the way he works. Di luar attitude-nya yang pemarah, beliau bekerja dengan cepat, tepat sasaran, dan berani. Memang tidak ada pemimpin yang sempurna. Namun jika sudah melanggar peraturan, rasanya ada sesuatu yang salah dan perlu diperbaiki secepatnya. Mudah-mudahan hanya sekali ini ya. Dan mohon kritikan yang saya sampaikan dengan tulus ini dianggap sebagai dukungan, karena saya masih ingin Ahok memimpin Jakarta dengan baik.
PS: kalau berita yang saya baca salah, mohon maaf ya. Mohon diluruskan.