Short Escape


Short Escape
(written: Tuesday, December 06, 2011)

Malaysia adalah salah satu negara di Asia Tenggara yang termasuk sangat gencar mempromosikan pariwisatanya. Slogan “Malaysia, Truly Asia” rasanya sudah sangat familiar dengan telinga gue karena sudah terlalu sering gue dengar. Dari beberapa cerita teman dan artikel yang gue baca, sepertinya memang menarik untuk dikunjungi. Dulu gue pernah ke Kuala Lumpur untuk urusan kerjaan, tapi sayangnya belum sempat exploring sisi-sisi lain dari Malaysia. Akhirnya gue ambil satu kesempatan untuk kunjungan singkat kesana.

Hotel dan tiket sengaja disiapkan sejak awal, sehingga waktunya ngga banyak terpakai untuk hal-hal utama ini. Karena tiketnya ambil agak mepet dengan waktu keberangkatan, harga sudah agak tinggi, sekitar 700 ribu-an sekali jalan. Gue naik Lion Air (yang untungnya pulang-pergi gak telat sama sekali) yang saat itu harganya paling murah. Lalu hotel cari di internet dan travel agent ternyata dapat yang lebih murah di travel agent. Menurut informasi sebaiknya cari hotel yang di daerah Bukit Bintang, karena hanya daerah ini yang ‘hidup’ sampai larut malam. Dan banyak hotel murah di daerah itu. Gue jalan kesana berempat dengan teman-teman. Karena hanya bisa cuti 2 hari, maka jadwal perjalanan diambil Jumat-Senin. Praktis waktu yang tersisa hanya 2.5 hari, karena Senin pagi sudah harus berangkat ke airport.

Untuk itinerary selama disana hanya tujuan-tujuan utama aja yang ditentukan, sisanya fleksibel. Sebelum berangkat gue tukar ringgit secukupnya. Jadi gue bawa Rupiah, US Dollar, dan Ringgit Malaysia. Untuk jaga-jaga aja siapa tau perlu. RM 1 kurang lebih sama dengan Rp 2,900.- Tadinya mau pindah-pindah hotel sesuai tujuan, misalnya ke Genting ya nginep disana, lalu ke Malaka, trus nginep disana, tapi karena alasan ngga praktis, maka diputuskan nginep di hotel yang sama aja selama 3 malam itu. Lagian resiko traveling bareng cewek, ya pasti mereka maunya ada acara belanja-belanjanya. Dan itu bisanya ya di KL aja.

Sampai di airport sekitar jam 12 waktu KL. Airportnya bagus banget. Jauh kalo dibandingin dengan airport Jakarta yang sudah tua itu. Luasnya pun kurang lebih 8-9 kali lebih luas dari airport Jakarta. Di KLIA ada 2 terminal yang dihubungkan dengan kereta. Oya, di dalam KLIA ada ‘hutan’ kecil yang di dalamnya ada air terjun buatan. Bagus banget.

20111206-172848.jpg

Dari KLIA ke Bukit Bintang bisa ditempuh dengan 3 cara. Cara pertama adalah naik KL express train ke KL Sentral (terminal pusat), lalu sambung ke hotel pakai taksi. Ini lumayan mahal. Harga tiket keretanya aja RM 35 per orang. Blom nanti harga taksinya. Tapi cara ini paling cepat. Cara kedua adalah naik taksi langsung ke hotel. Ini juga agak mahal. Biayanya sekitar RM 100. Jadi per orang jatohnya RM 25. Cara ketiga adalah naik bis ke KL Sentral. Ini paling murah, cuma RM 10 per orang. Lalu lanjut naik taksi kira-kira RM 20. Ada juga paket bis yang RM 18 ke KL Sentral, lalu tukar mobil yang lebih kecil dan diantar ke hotel. Gue ambil yang ini. Oya, kesan pertama orang Malaysia itu ramah-ramah (dibandingin sama orang Beijing).

Sampai di hotel sekitar jam 3, cek in, lalu beres-beres sebentar, trus karena laper mau keluar cari makan. Eh, di hotel ini ternyata free wifi sampai ke dalam kamar, jadi selama di hotel ngga usah takut ketinggalan berita dari internet. Sampai di luar, sialnya hujan deras. Karena laper luar biasa, ide gue adalah cari taksi ke Suria KLCC (Kuala Lumpur City Center) trus makan di mall itu aja hehehe. Akhirnya kita kesana naik taksi kira-kira RM 10.

Suria KLCC adalah sebuah pusat perbelanjaan yang berada di bawah Menara Kembar Petronas. Mall ini cuma 5 lantai namun banyak merk terkenal yang membuka gerainya disini. Begitu datang langsung ke food court cari makan. Dan sodara-sodara, di food court ini ada ayam penyet segala hahahaha. Anyway, harga makanan disini ternyata ngga terlalu mahal. Sekitar RM 8-12. Dan makanan disini enak-enak lho. Selesai makan niatnya sih mau foto-foto di Petronas Tower itu, tapi berhubung masih hujan ya terpaksa mengikuti para wanita berbelanja. Oya, disini harga dan model ngga beda jauh dengan Jakarta sih sebenarnya. Jadi kalo mau belanja mendingan cari yang ngga ada di Jakarta deh.

Untung hujan berhenti sebelum gelap. Disini jam 6 sore juga masih terang. Kita keluar dan mulai narsis gila di depan Petronas Tower itu. Dan gak perlu malu, banyak banget kok yang foto-foto juga disitu. Dan memang sih banyakan orang Indonesia hahahaha. Seharusnya kita bisa naik ke tower dengan membeli tiket, namun karena ada renovasi, sementara ditutup untuk umum.

20111206-172943.jpg

Selesai foto-foto kita keluar dan naik taksi. Balik ke hotel? Jelas ngga. Kita memang ke kawasan bukit bintang, tapi lanjut lagi ke kawasan yang namanya bintang walk. Jadi di kawasan ini penuh dengan mall, toko-toko, restoran, kafe, dan turis-turis yang berkeliaran. Bersama para wanita tentu tujuan pertama adalah mall (again…). Kalo soal mewah dan bagus, mall di Jakarta sih ngga kalah dari mall disini. Bahkan beberapa mall seperti Senayan City dan Plaza Indonesia jauh lebih bagus kok. Oya, karena sudah masuk bulan Desember, maka semua mall penuh dengan dekorasi Natal. Malaysia memang negara Islam, namun untuk soal beginian, mereka ngga menutup diri kok. Bahkan terlihat banyak pengunjung (baik lokal maupun turis) yang berfoto di depan pohon Natal tersebut. Dan sebagian berjilbab lho. Jadi Natal bukan hanya sekedar perayaan hari raya agama, tapi juga kegembiraan dan kemeriahan.

20111206-173152.jpg

Informasi dari teman katanya ada chicken rice yang enak di kawasan ini. Dan tempatnya juga ngga susah dicari. Tepatnya terletak di seberang KFC. Dan sebagai penggemar chicken rice, menurut gue rasanya cukup enak (memang masih lebih enak di Singapore sih) apalagi kalo dibandingkan chicken rice di Jakarta. Dan harganya RM 8.5 saja. Selama makan terdengar lagu-lagu yang dinyanyikan sebuah band di kafe sebelah. Awalnya lagu-lagu top 40, eh lama-lama ada Poco-Poco, Widuri, dan lagu-lagu Indonesia lainnya. Seru juga…Selesai makan nongkrong sebentar trus pulang. Jalan kaki tentunya. Semua dekat dari hotel.

20111206-173415.jpg

Sabtu rencana nya adalah ke Genting Highland. Coba-coba tanya paket tour di hotel ternyata mahal banget, RM 560 untuk berempat atau sekitar 1.6 juta, tanpa makan. Dari security hotel, kita dapat informasi bahwa ke Genting bisa naik taksi kurang lebih 1.5 jam. Biayanya RM 120. Akhirnya kita naik taksi kesana. Di tengah jalan kita mampir di obyek wisata Batu Caves. Obyek wisata ini berupa gua dan kuil Hindu yang terletak di bukit kapur. Di depan ada patung dewa Hindu raksasa terbuat dari kuningan. Lalu untuk naik ke kuil di atas kita harus melalui tangga yang cukup curam berjumlah sekitar 270 anak tangga. Selama perjalanan ke atas di kiri kanan akan banyak kita jumpai monyet yang cukup jinak. Orang-orang memberi makan pisang atau kacang ke monyet-monyet tersebut. Sampai di atas kita serasa masuk ke dalam gue yang luas dan gelap. Jika kita terus masuk ke dalam kita akan sampai di ruang terbuka dengan dinding gua yang terjal dan langit biru di atas kita. Disini terdapat kuil yang cukup ramai dikunjungi para wisatawan Hindu.

20111206-173513.jpg

20111206-173529.jpg

Setelah selesai dari sini, kita melanjutkan perjalanan ke Genting dan turun di stasiun skyway yang berada di bawah. Untuk menuju resort kita bisa menggunakan skyway ini. Skyway adalah semacam cable car seperti di TMII atau di Ancol. Jadi dari lower station kita akan naik menuju ke resort sejauh kurang lebih 3.5 km selama kurang lebih 15 menit. Di awal memang terasa biasa saja, namun lama kelamaan mulai menanjak tinggi dan bahkan menjelang puncak kita serasa memasuki awan karena kabut yang cukup tebal. Pemandangan selama di atas biasa saja, karena di bawah hanya terlihat pohon-pohon dan hutan. Namun cukup menegangkan. Untuk menaiki skyway ini kita harus membayar RM 5 sekali jalan atau RM 10 untuk bolak balik. Karena kita berencana untuk pulang menggunakan bis, maka kita hanya membeli tiket sekali jalan saja. Oya mereka juga menawarkan tiket express seharga RM 15 sehingga tidak perlu mengantri. Antrian memang cukup panjang namun karena jumlah skyway juga cukup banyak maka lama antrian hanya sekitar 15 menit saja. Jadi tiket express itu gak guna hahaha.

20111206-172742.jpg

Kalo ditanya apa yang menarik di Genting Highland terus terang gue juga gak tau. Kecuali Taman bermain ala Dufan dan casino tempat judi, rasanya ngga ada sesuatu yang istimewa dari tempat ini. Anyway sudah sampai disini ya gue coba menikmati. Karena gue ngga suka ‘disiksa’ oleh permainan-permainan ‘berbahaya’ seperti roller coaster, jadi gue skip taman bermainnya. Gue langsung ke casino aja. Disini orang ramai sekali. Dan banyak orang Indonesia lho. Dan yang namanya tempat judi, semua permainan disini memang basic-nya judi. Dari mulai jackpot, poker, black jack, wheel of fortune, sampai bingo (kalo gak salah). Nonton orang main rasanya memang menyenangkan. Tapi ngga klop rasanya kalo ngga ngerasain ikut main. Tapi berhubung minimal taruhan adalah RM 50 dan gue gak bawa duit banyak, maka gue cuman tuker RM 100, artinya dua kali taruhan. Itu juga udah 300 rebu perak. Eh ternyata bertahan lumayan lho. Menang beberapa kali dan kalah beberapa kali lebih banyak sampai akhirnya habis hahahaha. Ya sudahlah, namanya juga nyoba doang. Pokoknya udah ngerasain main judi di casino hahahaha.

Eh kalo makan di Genting ini harganya agak lebih mahal, maklum di resort wisata. Disini ada beberapa hotel. Dan cukup rame yang nginep disini. Terutama keluarga yang punya anak-anak kecil, jadi bisa seharian main di tempat ini. Oya, jam 3 sore di kawasan Genting Highland ini udah berkabut lho. Jam 4 kita pulang ke KL naik bis. Bis jurusan Genting-Tiwangsa RM 5.9 sekitar sejam, lalu dari Tiwangsa lanjut naik monorail ke Bukit Bintang RM 2.1. Disini gue mulai iri lagi sama Malaysia. Mereka punya system trsnportasi yang bagus banget. Sampe di Bukit Bintang (lagi-lagi) para wanita masuk mall untuk belanja, sementara gue dan temen gue keliling-keliling berburu makanan. Sampai di hotel sudah jam 11 malam.

20111206-174107.jpg

Minggu pagi rencana kita adalah ke Malaka. World Heritage City versi UNESCO. Seperti biasa setelah nanya-nanya ke security, abis sarapan kita jalan kaki ke Bukit Bintang station lalu naik monorail ke Hangtuah Station biayanya RM 1.2. Dari situ kita lanjut naik kereta biasa ke stasiun Bandar Tasik Selatan (BTS). Stasiun BTS ini menempel dengan terminal bis besar yang namanya TBS (Terminal Berpadu Selatan). Jadi seluruh bis yang menuju dan dari selatan Malaysia berpusat disini. Begitu masuk ke dalam terminal, gue terkagum-kagum. Terminal bis ini didesain mirip airport. Jadi ada terminal kedatangan dan keberangkatan yang terpisah, counter tiket dan ruang tunggu yang besar, bersih, dan nyaman, serta display jadwal keberangkatan dan kedatangan seluruh bis yang update. Persis system di airport. Jadi iri lagi nih.

20111206-173657.jpg

20111206-173705.jpg

Disini kita beli tiket bis yang menuju ke Malaka Sentral harganya RM 10. Lama perjalanan kesana kira-kira 2 jam. Tapi ngga terasa lama karena bisnya bagus banget. Satu bis isinya cuma 24 orang, AC-nya cukup dingin, reclining seat yang empuk, dan driver yang santun, jadi bisa tidur selama perjalanan. Sampai di terminal Melaka (mirip terminal Blok M, lengkap dengan toko-toko murah & pedagang dvd) kita bisa naik taksi ke lokasi wisata dengan bayar RM 20. Kebetulan lokasi wisata di Malaka terpusat di satu tempat, jadi ngga terlalu ribet pindah-pindah.

Lokasi wisata di Melaka berpusat di Red Square (orang setempat menyebutnya daerah Rumah Merah). Secara umum kota ini banyak berisi bangunan-bangunan tua. Seperti diketahui Malaka pernah diduduki oleh Portugis, Belanda, dan Inggris. Dan para ‘penjajah’ ini meninggalkan banyak bangunan bersejarah di kota ini. Salah satunya adalah Stadthuys (Red Square) yang dulunya merupakan kantor Gubernur Belanda saat itu. Bangunan ini sekarang difungsikan sebagai museum. Penampilannya mirip museum Fatahillah di Jakarta tapi versi yang jauh lebih terawat. Disitu juga berdiri gereja tua Christ Church yang dibangun pada tahun 1753 dan sampai sekarang masih berfungsi sebagai Gereja Anglican. Di depan gereja ada air mancur Queen Victoria Fountain yang juga masih berfungsi dan memberi kesan teduh di lapangan depan gereja.

20111206-172442.jpg

Di lapangan itu juga banyak becak khas Malaka (rickshaw) yang penuh dengan hiasan bunga dan musik yang keras. Kita bisa menyewa becak ini untuk mengelilingi lapangan dan melihat-lihat obyek wisata.

20111206-172620.jpg

Penjual souvenir juga banyak di sisi lapangan dengan harga yang ngga terlalu mahal. Ngga jauh dari lapangan terdapat sungai yang besar yang membelah kota Malaka. Disini kita bisa naik perahu menyusuri sungai sambil melihat-lihat bangunan tua peninggalan jaman dulu.

20111206-173818.jpg

Oya, selain gereja tua, disini juga ada kuil dan mesjid tua. Intinya kota ini berisi banyak bangunan tua yang indah dan masih terawat dengan baik. Gue jadi bayangin andaikan kawasan Old Batavia di Jakarta dibuat seperti itu pasti jauh lebih bagus dari kawasan ini.
Oya, seperti juga di Jakarta, karena tempatnya bagus kawasan ini sering dijadikan tempat membuat foto pre-wedding. Dan pasangan calon pengantin yang sudah berdandan mengenakan pakaian pengantin itu dijadikan sasaran obyek foto oleh para wisatawan. Persis seperti di Jakarta.

Sebenarnya banyak lagi yang bisa dinikmati di kawasan ini. Misalnya deretan toko barang antik sepanjang Jonker Street dan wisata kuliner di sepanjang Chinatown. Tapi karena waktu terbatas (maklum para wanita mau belanja lagi di KL), kita harus segera pulang. Jadi kita naik bisa ke Malaka Sentral lagi, ongkosnya RM 1. Dari situ naik bis kembali ke TBS di BTS, lalu naik kereta ke Hangtuah, lalu lanjut lagi naik monorail ke Bukit Bintang. Trus langsung mampir lagi ke mall.

Pulang bentar ke kamar, trus abis mandi keluar lagi, menikmati malam terakhir sebelum pulang. Malam itu kita jalan ngga jauh-jauh. Di jalan sebelah hotel (Changkat Bukit Bintang) ada puluhan restoran kakilima yang memang tiap malam berjajar sepanjang jalan menawarkan berbagai jenis makanan dengan harga terjangkau. Dari makanan halal sampai haram. Dari seafood sampai tom yam. Dari mie sampai rujak. Dan gue makan berturut-turut chicken rice (again), mie babi, tom yam, dan roti canai. Hahahahaha kalap emang.

20111206-173259.jpg

Beberapa hal unik yang gue temui di Malaysia:

Di Malaysia ada peraturan bahwa semua rokok yang dijual di kemasannya harus ada gambar dari korban penyakit karena rokok. Hal itu menyebabkan orang berpikir dua kali saat hendak membeli rokok.

Di kawasan wisata bukit bintang, hampir ngga ada pengamen yang mengganggu orang yang sedang nongkrong. Kalopun ada pengamen, mereka tidak mendatangi orang satu-satu, melainkan berhenti dan mengadakan ‘show’ sendiri, terserah orang mau ngas duit apa ngga. Pedagang kaki lima juga jarang terlihat.

Di jalan susah nyari tempat sampah. Tempat sampah ada di dalam mall, toko, atau restoran. Tapi walaupun begitu, jalanan terlihat bersih.

Di Malaysia orang-orangnya juga ‘hobi’ melanggar peraturan. Pengemudi taksi ngga pakai seatbelt dan buru-buru pakai saat melihat polisi patroli. Menyeberang jalan juga ngga pada tempatnya dan tetap nekat merokok padahal sudah ada papan larangan merokok. Well, sama aja sama orang kita ternyata hahaha

20111206-173950.jpg

Ke toilet di Malaysia rata-rata bayar sekitar RM 0.3. Bahkan di salah satu lantai di Suria KLCC toilet eksekutif nayarnya RM 2. Masak pipis doang kudu bayar 6000 perak? Halah…

Di Malaysia kalo mau pesan es teh manis, jangan bilang ice tea, karena pasti akan dikasi teh tarik. Bilangnya Tea O, nanti dikasi es teh manis.

Beberapa makanan yang wajib dicoba selama di Malaysia adalah Chicken Rice, Nasi Lemak, Laksa, Tom Yam, dan Roti Canai

Di Malaysia ada 4 etnis besar, yaitu Melayu, Cina, India dan Arab. Kebanyakan tinggal berkumpul di kawasan tertentu. Dan menurut cerita supir taksi, disini banyak liburan juga lho. Kalo Lebaran lbur, Natal libur, Imlek libur lagi, trus nanti pas hari raya Hindu dan Buddha juga libur lagi. Minimal libur 2 hari, kalo Imlek & Lebaran bisa lebih dari 3 hari. Enak juga ya…

Kalo mau naik taksi, kebanyakan harus tawar-tawaran. Memang di pintu taksi ditulis dilarang tawar-tawara dan harus pake meter (argo), tapi kenyataannya banyak taksi yang ngga mau pake meter dan lebih suka tawar-tawaran. Kalo mau naik taksi sebaiknya nanya-nanya dulu sama orang hotel, kalo ngga ntar ketipu.

Supir taksi disini sebagian besar keturunan India. Dan mereka ternyata bekerjasama dengan toko-toko souvenir. Jadi biasanya supir taksi akan menawarkan ke kita mengenai produk-produk dengan harga (katanya) murah. Kalo kita setuju maka mereka akan mampir ke toko-toko yang dimaksud. Kalo akhirnya kita beli barang disitu, si supir taksi akan dapat fee dari pemilik toko. Produk yang ditawarkan mulai cokelat, tas kulit, obat tradisional, batik, dll. Kalo kita ngga bersedia ngga apa-apa kok, mereka ngga maksa.

Disini penyanyi dan artis Indonesia sangat terkenal. Di toko DVD pasti ada satu lajur yang khusus menjual album/film Indonesia, termasuk film pocong & kuntilanak hahahaha

Orang Malaysia ternyata banyak yang masih percaya sama klenik dan pemburu hantu hahaha

20111206-174325.jpg

4 comments

  1. Bang bernard, rugi deh ke melaka cuma sehari. Kalau malem nyobain river cruise nya bagus lho, sungai yang cuma biasa sama pemkotnya didandanin cantik banget pake lampu2 gitu bantarannya dan tembok2 belakang rumah penduduk banyak yang di-mural, dijamin bikin tambah iri sama Malaysia. Jonker walk kalau malem juga seruuuu.. udah gitu museum di sekitar A’Famosa banyak layak dikunjungi. Trus kalau mau nginep banyak banget penginapan yang halaman belakangnya river view gitu, murah2 lagi, kita bisa nyewa sepeda buat keliling cukup dengan RM 10 sehari.

    Like

  2. ikutan komen ah, salam kenal bang.

    ceritanya lagi nyari info ke malaka juga nih…
    itu perjalanan dari KL ke malaka nyampe KL lagi brp jam? soalnya kan 4 jam PP udah abis dijalan tuh…

    makasih responnya

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s