Memang Sulit Jadi Perempuan


Memang Sulit Jadi Perempuan
(written: Wednesday, April 20, 2011)

Memang tidak pernah mudah jadi perempuan. Apalagi di tengah masyarakat yang masih menganggap perempuan adalah warga kelas dua. Perempuan selalu ada di posisi yang tidak menguntungkan. Keberadaannya seolah-olah hanya sebagai pelengkap dari eksistensi sesorang laki-laki. Fungsi perempuan hanya sebagai pengasuh anak dan pengurus rumah tangga.

Tapi itu dulu…

Sekarang perempuan sudah mendapatkan tempat yang sangat layak. Berdiri sejajar dengan kaum laki-laki. Terutama di tengah peradaban super modern, dimana gender sudah tidak lagi dilihat sebagai faktor penghambat dalam proses pengambilan suatu keputusan.

Lalu, apakah sekarang lebih mudah jadi perempuan? Nanti kita jawab.

Perempuan jaman sekarang sudah jauh berubah. Perjuangan yang dulu dimulai oleh Kartini sebenarnya telah bergeser tujuan. Dulu Kartini berjuang untuk mendapatkan PERSAMAAN hak antara perempuan dan laki-laki, namun perempuan jaman sekarang berjuang untuk mendapatkan PEMBEDAAN hak antara perempuan dan laki-laki. Mulai dari yang sederhana seperti cuti haid dan ladies parking, sampai ke yang berat seperti kuota perempuan dalam parlemen. Semua diperjuangkan demi mendapatkan hak ’istimewa’ sebagai perempuan.

Kalau seorang laki-laki membiarkan seorang perempuan berdiri di bis/kereta sementara dia duduk, atau tidak menahan pintu saat di belakangnya ada perempuan, pasti si laki-laki yang ’dicerca’, dianggap tidak menghargai perempuan, dan sederet ’kutukan’ lain.
Kalau seorang laki-laki menggoda seorang perempuan yang lewat di depannya pasti dianggap pelecehan seksual, namun tidak demikian bila yang terjadi sebaliknya.
Dalam sebuah perselingkuhan, perempuan hampir selalu dianggap ’korban’, dan laki-laki dianggap ’pelaku’. Hampir tidak pernah sebaliknya.
Dan sederet fakta lain.

Nah, sekarang kita jawab pertanyaan tadi. Apakah sekarang lebih mudah jadi perempuan? Jawabannya tidak. Justru lebih sulit. Karena sekarang godaan untuk ’mengorbankan’ laki-laki jadi lebih besar. Menjaga agar tetap sejajar dalam kehidupan sehari-hari menjadi lebih menantang. Dan tentu saja menjaga agar tidak ada konflik kepentingan dengan laki-laki juga jauh lebih sulit. Namun di sisi lain, perempuan tetap minta diistimewakan, minta penghargaan ‘lebih’. Perempuan sekarang jadi lebih butuh pengakuan. Ingin dianggap mampu, lebih mampu dari laki-laki. Padahal jika mereka betul-betul mampu, pengakuan akan datang sendiri, tak perlu dikejar dengan pembedaan berlebih

Memang masih banyak laki-laki yang menganggap perempuan lebih rendah posisinya. Banyak sekali. Untuk itu perjuangan untuk menghilangkannya perlu dilakukan. Semangat Kartini perlu dihidupkan lagi. Bukan dengan perjuangan untuk mendapatkan ‘keistimewaan’ dalam hal fasilitas dan pengakuan publik, namun dengan pembuktian diri. Tidak perlu menggunakan cuti haid jika memang tidak sakit, tidak perlu lagi ladies parking, dan tidak perlu ada kuota khusus di parlemen. Namun dengan berprestasi di pekerjaan sehingga bisa mendapatkan posisi yang cukup strategis, berbelanja via online sehingga tidak perlu ladies parking (sekaligus menghemat bahan bakar dan pelestarian lingkungan), dan terus berjuang demi kepentingan rakyat, sehingga dipercaya oleh rakyat. Dengan demikian jumlah anggota parlemen yang perempuan bertambah tanpa perlu ada kuota khusus.

Dengan demikian perempuan bisa membuktikan diri bahwa tanpa pembedaan pun mereka akan mampu mendapatkan pencapaian yang sejajar dengan laki-laki.

Memang sulit jadi perempuan.

One comment

  1. kalo kata gw, berlaku hukum kompensasi, gw belakangan gak suka baca buku, tapi hobby ntn serial, di 30rock diperlihatkan betapa kagoknya orang2 kulit putih menghadapi tracy jordan, artis kulit hitam, dia gak mau diistimewain, tp di sisi lain ngungkit2 perbudakan bangsa kulit hitam zaman dulu…
    gak cuma di Indonesia, tapi belahan dunia manapun peranan gender akan selalu dibedakan, dan sekarang saatnya perempuan diistimewakan. kalo gak salah dulu sebelum masa mitologi yunani, ketika manusia masih menganut dinamisme, paganisme, peranan perempuan lebih banyak dan diistimewakan dari laki-laki, dan di agama monotheis, Islam, Kristen bahkan Yahudi, peranan lelaki diistimewakan dan perempuan di nomor sekiankan, cmiiw, dan demikian seterusnya…

    so it’s kind of cycle i guess

    my point of view is, let it be aja deh
    asal ga bikin repot

    🙂

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s