We Are Now is The Result of Our Choices in The Past


Lagi rame soal mbak Maudy yang dihadapkan pada pilihan akan kuliah di Harvard atau Stanford, gue seperti diingatkan bahwa ribuan tahun lalu gue juga dihadapkan pada posisi beliau. Tentu nggak selevel Harvard atau Stanford, tapi posisinya sama, sama-sama sulit menentukan pilihan.

Lulus SMA gue harus memilih kuliah di jurusan favourite sebuah PTN ternama atau mengikuti program kedinasan bergengsi. Di tengah-tengah masa kuliah terjadi krisis besar di Indonesia yang membuat sarjana susah dapat pekerjaan. Bayangkan kalo gue pilih yang kedinasan, udah pasti kerja kan. Tapi lalu saat gue lulus kuliah dapat tawaran dari 2 perusahaan di Bogor dan Cikarang dan gue cuma punya waktu sebentar untuk memilih. Setelah menjalani beberapa bulan, ternyata gue nggak cocok dengan posisi yang gue pilih waktu itu, lalu gue apply lagi dan dapat tawaran pekerjaan lagi dari 2 perusahaan besar lainnya di Batam dan Jakarta. Setelah memilih dan bertahan lebih dari 11 tahun akhirnya gue merasa cukup dan mulai menerima approach dari beberapa perusahaan. Berikutnya gue dapat tawaran lagi dari 2 perusahaan lain dan gue harus memilih (lagi). Semua pilihan di atas datang pada saat yang bersamaan dan cuma punya waktu sedikit untuk menentukan pilihan.

Tentu kadang-kadang gue berpikir apa jadinya gue sekarang kalau saat itu menentukan pilihan yang satunya. Mungkin gue akan jadi lebih kaya, mungkin jadi lebih miskin, mungkin gue akan jadi lebih sukses dalam karier atau malah terpuruk. Mungkin gue sudah menikah dan punya anak banyak atau mungkin gue sudah gak tinggal di Indonesia lagi san masih banyak lagi kemungkinan-kemungkinan lainnya. Gue nggak pernah tau. AND THAT IS THE POINT. Kita nggak pernah tau apa yang akan terjadi di masa depan. Kita cuma bisa memprediksi berdasarkan situasi saat itu, saat kita menentukan pilihan, dan bisa saja situasi yang kita bayangkan berubah 180 derajat di masa depan. Jadi kita nggak bisa bilang bahwa kita salah menentukan pilihan.

Gue sendiri memang nggak pernah menyesali pilihan-pilihan yang gue lakukan di masa lalu. Karena ada satu pilihan yang tidak berubah. Gue memilih untuk bahagia. Satu hal itu yang selalu gue pegang tiap kali dihadapkan pada beberapa pilihan. Kalo kata Marie Kondo, saat memilih selalu pikirkan ini: ‘does it spark joy?’ 😁

Menentukan pilihan adalah satu hal, tapi cara kita menjalani pilihan adalah hal lain, yang menurut gue jauh lebih penting. But anyway, we are now is the result of our choices in the past. Let’s celebrate that 🍻

2 comments

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s