Hari ini yang jadi headline di social media adalah kabar meninggalnya seorang karyawan sebuah agency di Jakarta setelah bekerja 3 hari tanpa istirahat dan mengkonsumsi minuman energi dalam jumlah banyak. Saya berduka membaca kabar tersebut. Sungguh menyedihkan.
Entah si karyawan yang terlalu memaksakan diri, entah si perusahaan (baca: atasan) yang terlalu menekan, entah si klien yang terlalu menuntut, siapapun yang salah, rasanya kejadian ini patut menjadi pelajaran bagi kita semua. Pelajaran bahwa segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Termasuk bekerja.
Dulu saya pernah jadi karyawan yang ‘sangat rajin’ bekerja. Hampir tiap hari pulang malam, lalu Sabtu (dan kadang-kadang Minggu) masih masuk kantor. Dan benar-benar bekerja. Ada saja yang selalu saya kerjakan di kantor. Termasuk mencari segala jenis improvement (kaizen).
Lalu kebiasaan saya makin memburuk sejak saya kuliah lagi di tahun 2007. Gaya hidup saya berubah total. Hampir tidak pernah overtime di kantor tapi bisa begadang berhari-hari di kampus dan di rumah saat mengerjakan tugas. Saya yang tadinya cukup rajin berolahraga, langsung berhenti sama sekali. Pola makan juga semakin memburuk. Junk food, mie instan, dll, jadi menu makan tengah malam. Hasilnya, berat badan membengkak, kolesterol dan asam urat meningkat, bahkan pernah saya hampir dirawat karena ginjal agak terganggu akibat kurang minum. Sekali saya pernah dilarikan ke UGD karena serangan maag akut di tengah malam. Singkatnya, kondisi kesehatan saya berantakan. Hasil medical check up memperkuat hal tersebut.
Setelah lulus, saya yang sudah terbiasa datang dan pulang on time dari kantor tetap meneruskan kebiasaan tersebut. Namun saya mencoba memperbaiki pola hidup saya. Pulang kantor saya berolahraga atau sekedar bersosialisasi dengan teman-teman. Karena pulang kantor masih sore, maka saya punya cukup waktu untuk melakukan hal-hal tersebut. Dan saat pulang ke rumah, hari belum terlalu malam, sehingga waktu tidur saya masih cukup banyak. Sabtu-Minggu saya gunakan untuk beristirahat, rekreasi, melakukan hal-hal kesukaan saya seperti nonton, baca buku, atau sekedar berkumpul bersama teman-teman/keluarga.
Saat medical check up berikutnya, hasilnya membaik secara signifikan. Kolesterol dan asam urat saya turun, berat badan juga turun, maag saya hampir tidak pernah muncul lagi, dan tubuh saya terasa jauh lebih bugar. Sebagai bonus, hubungan saya dengan teman-teman dan keluarga juga membaik. Singkatnya, kualitas hidup saya meningkat. Dan saya jauh lebih bahagia.
Bagi saya, kesehatan adalah harta yang tak terhingga besarnya. Kesehatan memang anugerah dari Tuhan. Tapi kita diberi kuasa untuk menjaganya. Caranya adalah dengan mengatur keseimbangan hidup, baik itu waktu bekerja, waktu berolahraga, waktu beristirahat, dan mengatur pola makan. Satu lagi, hidup yang bahagia akan memberikan pengaruh positif bagi kesehatan kita. Dan bahagia itu pilihan. Jadi, saya memilih untuk bahagia. Anda?