Lisbon I’m in love


Lisbon dan Portugal hampir tidak pernah mampir di kepala saya untuk dikunjungi. Rasanya jauuuuh sekali, sudah dekat dengan Afrika. Dan terus terang saja masih banyak tempat lain yang jadi prioritas untuk saya kunjungi dan sudah saya impikan sejak lama, jadi yeah kapan-kapan sajalah ke sana.

Sampai suatu ketika karena terlalu banyak pertimbangan dan persiapan untuk liburan akhir tahun, tahun lalu saya terlambat untuk mengurus hal yang paling penting, yaitu visa kunjungan. Itinerary awal terpaksa harus bongkar pasang karena banyak kedutaan sudah antri panjang dan libur akhir tahun. Kebetulan seorang teman memberi informasi bahwa salah satu negara yang secara waktu masih memungkinkan untuk mengeluarkan visa untuk kunjungan akhir tahun saat itu adalah Portugal. Jadi saya mencoba peruntungan dengan memasukkan dokumen ke kedutaan Portugal di Jakarta di kawasan Menteng Jakarta Pusat.

Sambil menunggu visa jadi, saya kembali mengubah itinerary, karena harus masuk melalui Lisbon. Dan karena harga sudah semakin naik, saya nekat untuk beli tiket pesawat sebelum visa jadi hahaha. Untunglah setelah menunggu sekitar 2 minggu, visa Schengen saya sudah jadi dan bisa diambil. Itu satu hari sebelum tanggal keberangkatan. Sayangnya visanya salah, jadi harus direvisi. Alhasil, paspor baru bisa saya terima di hari yang sama dengan tanggal keberangkatan.

Secara total, ada 4 kota yang saya kunjungi di liburan akhir tahun lalu, yaitu Lisbon, Barcelona, Rothenburg, dan Amsterdam. Dan satu lagi Istanbul yang kebetulan bisa mampir karena transit time yang cukup lama saat penerbangan pulang dari Amsterdam ke Kuala Lumpur.

Karena saya naik Turkish Airlines via Kuala Lumpur, maka total perjalanan dari Jakarta ke Lisbon adalah sekitar 24 jam, dengan transit di Kuala Lumpur dan Istanbul. Saya tiba di Lisbon sekitar jam 3 sore waktu setempat. Ada perbedaan waktu 6 jam antara Jakarta dan Lisbon. Saat saya tiba di Lisbon, langit masih terang, tapi udara mulai terasa dingin. Suhunya sekitar 12 derajat Celcius. Dari airport ke hotel di tengah kota bisa ditempuh dengan 3 cara. Naik Metro seharga 1.9 Euro dan jalan sekitar 300 meter dari stasiun ke hotel. Lalu bisa naik Aero Bus seharga 4 Euro yang berhenti di dekat hotel. Atau kalau mau naik semua transportasi umum bisa bayar 6 Euro sehari sepuasnya. Saya memilih naik Metro karena toh hari ini saya tidak berencana ke mana-mana karena sudah kelelahan di perjalanan.

Kesan pertama, orang Portugal ramah-ramah banget. Mulai dari security hotel yang full senyum sampai receptionist hotel yang suka becanda dan ketawa-ketawa terus selama proses check in. Setelah masuk kamar dan istirahat sebentar, saat langit mulai gelap saya keluar lagi untuk berjalan-jalan di sekitar hotel sekalian cari makan. Dan karena ini kebetulan malam Natal, saya berniat mengikuti ibadah malam Natal di salah satu gereja. Jalan-jalan dan bangunan di kota Lisbon mengingatkan saya pada jalanan di Macau, maklum Macau memang bekas jajahan Portugal. Sambil menikmati suasana tua kota Lisbon, saya berjalan menyusuri jalan-jalan kecil yang ternyata menuju bangunan tua yang megah di satu sudut jalan. Setelah googling, ternyata bangunan tersebut adalah salah satu landmark paling terkenal di Lisbon, yaitu Lisbon Cathedral. Sayangnya gereja ini sedang ditutup, padahal ini Malam Natal lho. Setelah berfoto sebentar saya kembali berjalan menuju ke arah hotel.

Sebelum tiba di hotel saya mampir di sebuah gereja bernama Igreja De Sao Domingos, eh ternyata ibadahnya sudah hampir selesai. Tapi sudah kebagian ekornya aja sudah bersyukurlah 😁. Setelah itu baru cari makan malam. Karena udara sudah semakin dingin, jadi niatnya cari makan yang simple dan cepat, kebetulan memang restoran di Lisbon tutupnya tidak terlalu malam, apalagi ini malam Natal. Namun beruntung di dekat gereja ada restoran Italia yang masih buka, jadi walaupun harus antri tapi cukup puas dengan makanan yang enak dan staff yang (juga) sangat ramah.

Hari kedua, saya memilih untuk membeli tiket terusan seharga 6 Euro agar bisa keliling kota Lisbon, baik itu naik kereta, bus, atau trem. Trem ini jadi salah satu ikon kota Lisbon yang terkenal. Tujuan pertama saya hari ini adalah ke Belem Tower, yang berada di tepi laut, dari hotel jarak tempuhnya sekitar 45 menit menggunakan trem. Belem Tower yang sudah berusia 500 tahun ini jaman dulu merupakan gerbang resmi kota Lisbon. 35 tahun lalu UNESCO secara resmi sudah mengakui Belem Tower sebagai salah satu situs warisan dunia (World Heritage Site). Sayangnya Tower ditutup untuk umum karena hari ini adalah hari Natal 😀. Jadi saya melanjutkan perjalanan di sekitar tower. Di dekat tower terdapat beberapa landmark penting seperti Monument To The Discoveries (Padrao dos Descrobimentos), Jeronimo Monastery, dan tentu saja Santa Maria de Belem yang sangat indah. Di gereja ini saya beruntung masih sempat mengikuti ibadah perayaan Natal hari ini.

Setelah lebih dari setengah hari saya habiskan di Belem, saya kembali ke pusat kota dan nongkrong sambil ngopi-ngopi di Praca do Comercio (Commercial Square) atau ada yang menyebutnya Terreiro do Paço (Place Yard), karena dulu di tempat ini berdiri istana (Royal Ribeira Palace) yang hancur akibat gempa rarusan tahun lalu. Tempat ini seperti lapangan tempat berkumpulnya orang banyak menikmati sore hari. Tempatnya yang berada di tepi sungai besar membuat angin berhembus cukup kencang dan udara terasa lebih dingin, cocok sekali kalo dipake nongkrong sambil ngopi. Dari sini saya memilih berjalan kaki pulang ke hotel sambil menikmati suasana malam di daerah Sao Nicolau yang ramai oleh toko-toko, restoran, dan tentu saja turis yang hilir mudik di sepanjang jalan.

Keesokan harinya merupakan hari terakhir saya di Lisbon. Kebetulan jadwal penerbangan ke Barcelona adalah tengah malam, jadi saya masih punya waktu seharian yang saya manfaatkan dengan berjalan kaki mengelilingi kota. Tujuan utama saya hari ini adalah toko buku tertua di dunia yang kebetulan ada di Lisbon. Bertrand Bookstore ini sudah hampir 300 tahun umurnya. Bentuknya sudah seperti toko buku modern. Buku yang dijual juga buku-buku yang biaa kita temui di toko buku biasa.

Tidak lupa juga saya mampir di tempat yang paling ikonik di Lisbon, di mana kita bisa naik tram tua yang sangat fotogenik dengan background sungai di kejauhan.

Setelah itu saya melanjutkan perjalanan ke gereja Santa Engracia yang juga dikenal dengan sebutan National Pantheon yang juga sudah berumur lebih dari 300 tahun. Yang lebih menarik sebenarnya justru flea market yang ada di belakang gereja, banyak souvenir lucu yang bisa ditemui di situ. Sayang harganya relatif lebih mahal dibandingkan tempat lain.

Walaupun di hari pertama saya sudah mengunjungi Lisbon Cathedral, tapi hari ini saya ingin melihatnya di siang hari. Saat menuju ke gereja tersebut, saya melewati distrik Alfama yang merupakan distrik tertua di Lisbon. Distrik ini terlihat menawan dengan rumah-rumah tua, toko-toko kecil di gang sempit, dan tentu saja coffee shop yang tersebar hampir di seluruh distrik. Jalannya yang lebih mirip gang dengan struktur yang turun naik membuat perjalanan melewati distrik ini sungguh menyenangkan hingga saya tiba di Lisbon Cathedral. Di siang hari, gereja ini terlihat sungguh megah. Pemandangan dari depan gereja juga sungguh khas saat trem melintas di depan gereja.

Sungguh, kunjungan yang sebelumnya tidak punya direncanakan ini sekarang terasa sangat singkat. Masih banyak tempat yang ingin saya kunjungi. Mungkin kelak saya akan kembali lagi dan tinggal lebih lama untuk merasakan kembali keramahan penduduk setempat. Now I’m officially missing Lisbon.

6 comments

  1. Aku saat di Kerala dulu termasuk gengnya orang Portugal. Bener, mereka ramah banget dan tulus. Kesanku terhadap Portugal langsung oke banget haha. Sayang letak negara ini agak nggak cocok dengan jalur perjalananku nanti jadi dengan berat hati dilewatan. (Naksir ke Sintra padahal hiks).

    Soal visanya, itu kesalahan yang kayak gimana bang? Salah kasih durasi atau kesalahan nama/typo? Untung banget bisa langsung dikoreksi walau harus ambil esoknya di hari keberangkatan. Piuh.

    Terakhir, itu jaketnya ada nama/jenis yang spesifik gak? Lagi cari yang kayak gitu juga. Di Palembang gak ada yang jual dan saat cari online kok jaketnya winter banget padahal nanti aku mau pakai di Autumn dan kayaknya jaket kayak gitu lebih cocok. Makasih infonya.

    Liked by 1 person

  2. Graffiti di tram nya ada kemiripan dgn Subway New York 😉
    Belem Tower itu dulu ada penghuninya atau cuma gerbang Selamat Datang saja? Mungkin ada info?
    Keren nih tulisan tentang Lisbon! Jarang jarang ada yg tertarik dgn Lisbon.

    Like

      1. Tulisan mu tentang Lisbon sudah lebih dari cukup 🙂 cukup informatif. Aku cuma lihat Lisbon dari atas pesawat,TAP Portugal, waktu mau transit. This city will be on my bucket list for sure!

        Like

Leave a reply to Bernard Simanjuntak Cancel reply