Gue Marah


Gue sangat sedih membaca berita tentang penganiayaan dan pembunuhan seorang anak perempuan di Bali. Anak yang seharusnya sedang dalam masa-masa kebahagiaan bermain dan belajar bersama teman-temannya, dan dikelilingi orang-orang yang menyayangi dan disayanginya. Tapi dia sudah mati. Dari berita yang gue baca, dalam hidupnya yang singkat itu si anak terlihat tidak bahagia. Dan sekarang hidupnya pun telah berakhir tragis. Gue sedih. Gue marah.

Iya, gue marah! Sama siapa? Sama orang tuanya. Gue gak habis pikir kenapa orang mau punya anak tapi gak mau mengurus. Bahkan memberikan anaknya kepada orang lain. Soal biaya? Shouldn’t they put that into consideration BEFORE they decided to have kid?

You may think that I should not judge. But there you go, I’M JUDGING NOW! Whatever the reason is, orang gak seharusnya memberikan anaknya ke orang lain dengan sadar. Kalo lo mau punya anak, lo urus anak lo, lo rawat, lo besarkan, lo didik, dan yang paling penting lo bahagiakan. Kalo lo gak mampu, jangan bikin anak! Punya anak itu keputusan besar. Harusnya berpikir panjang dulu sebelum memutuskan.

Banyak memang orang tua angkat yang benar-benar menyayangi anak angkatnya seperti anak kandung sendiri. But you’ll never know. Kalo udah seperti sekarang menyesal juga gak ada gunanya.

Yang benar-benar kenal gue pasti tau kenapa gue sangat marah. Here’s why
*photo from obatradangdannyeri.com

2 comments

  1. Tapi, Ben, paragraf 1 kalimat ke-4 kenapa menggunakan kata “saya” jika dari awal (bahkan sampai akhir) lo menggunakan “gue”? #bedafokus

    Tapi gue juga kesal dan marah sama orang tua kandungnya. Lebih marah sama orang tua angkatnya. Di saat gue sudah berkeinginan kelak untuk menjadi ibu angkat saja, orang itu sudah memberi satu goresan buruk di mata masyarakat terhadap orang tua angkat. Ditambah perbaikan citra ibu tiri belakangan ini, kenapa kok jadinya ibu tiri malah jadi bergeser menjadi lebih baik.

    Like

Leave a comment