From Jogja With Love


From Jogja With Love
(written: Thursday, March 29, 2012)

“…pulang ke kotamu, ada setangkup haru dalam rindu…”

Setelah bertahun-tahun, akhirnya saya kembali mengunjungi Jogja. Kota yang tenang nan indah ini memang menyimpan pesona yang tak pernah lekang oleh waktu. Terakhir kali saya menikmati Jogja adalah tahun 1994, 18 tahun lalu. Saat itu saya baru lulus SMA dan menghabiskan waktu di Jogja sambil menunggu pengumuman UMPTN. Memang tidak terlalu lama, namun cukup untuk membuat saya jatuh cinta pada kota ini.

Dalam 18 tahun ini sebenarnya pernah juga saya ke Jogja, namun hanya beberapa jam saja. Tahun 2004 ada urusan pekerjaan, sehingga hanya sempat 5 jam berada disini, sebelum kembali lagi ke Jakarta. Tahun 2010 juga sempat melintasi Jogja saat perjalanan mudik Lebaran ke Jawa Timur. Tapi walaupun dalam kedua kunjungan tersebut saya tidak sempat menikmati Jogja, hal itu tidak mengurangi rasa cinta saya pada kota ini.

“…masih seperti dulu, tiap sudut menyapaku bersahabat…”

Yang paling membuat saya jatuh cinta adalah irama hidupnya. Disini hidup terasa nyaman. Tidak terburu-buru. Rasanya kita punya banyak waktu untuk melakukan apapun. Dan masih punya kesempatan yang sangat banyak untuk bersosialisasi dengan orang lain. Keramahan masih sangat terasa disini. Tulus, bukan basa basi. Bayangkan, sopir taksi saja masih sempat menegur, ngobrol, dan bercanda dengan penumpangnya. Tukang becak, tukang ojek, penjaga warung, karyawan, pelajar, semua terlihat bersahabat. Bukan hanya di daerah wisata, namun di setiap sudut kota.

“…terhanyut aku akan nostalgia…”

Anyway, kunjungan kali ini sangat singkat. Total berada di Jogja cuma satu setengah hari. Dan karena bagi saya ini adalah perjalanan nostalgia, maka saya memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk mengunjungi tempat-tempat yang dulu sering saya kunjungi.

Malioboro

Mainstream? Memang. Tapi bagi saya Malioboro memang menyimpan sejuta kenangan dan pesona yang tidak pernah berkurang hingga saat ini. Terlalu ramai? Mungkin juga. Jalan ini menjadi semacam jantung bagi Jogja. Ribuan turis, baik lokal maupun dari manacanegara, memenuhi jalanan ini sejak pagi hingga lewat tengah malam. Baik yang belanja, jalan-jalan, maupun sekedar nongkrong di warung-warung lesehan di sepanjang jalan saat senja tiba.

Batik, barang-barang kerajinan tradisional, hingga makanan khas Jogja dijual disini. Batik bahkan sudah menjadi primadona jauh sebelum batik naik daun seperti akhir-akhir ini. Di sepanjang jalan toko-toko penjual batik bertebaran. Bagi yang pintar menawar, silakan berbelanja batik di dalam pasar Beringharjo yang juga ada di kawasan Malioboro ini. Saya sendiri tidak terlalu suka menawar. Selain tidak tegaan, saya juga lebih suka belanja dengan praktis, jadi saya memilih belanja di dalam toko saja.

Tips: sebelum belanja di pasar, sebaiknya survey harga dulu di toko-toko, dan kalau menawar di pasar Beringharjo harus berani, toh mereka tidak akan marah.

Salah satu daya tarik Malioboro adalah lesehan. Walaupun rasa makanan di sepanjang lesehan Malioboro ini tidak terlalu enak dengan harga yang cukup tinggi untuk ukuran Jogja, namun suasananya sangat khas dan tidak ditemui di tempat lain.

Jika sempat, coba susuri Malioboro ke arah stasiun Tugu. Di sebelah stasiun ada tempat lesehan yang selalu ramai dengan anak muda di malam hari. Salah satu menu khas-nya adalah kopi joss. Yaitu kopi tubruk yang disajikan dengan potongan arang hitam di dalamnya.

20120329-181129.jpg

Kraton Jogja

Kesultanan Yogyakarta adalah salah satu kerajaan di Indonesia yang masih bertahan hingga saat ini. Tradisi keraton masih dipertahankan sampai sekarang. Namun sayang sekali, mungkin karena keterbatasan biaya, kondisi keraton kini sangat memprihatinkan. Perawatan yang dilakukan cukup minim. Bandingkan dengan Grand Palace di Bangkok atau Forbidden City di Beijing yang sampai sekarang masih berdiri dengan megah. Keterlibatan pemerintah pusat sangat diperlukan untuk menjaga warisan budaya ini.

Salah satu bagian kraton yang saya suka adalah Tamansari. Tamansari adalah tempat pemandian bagi Raja dan keluarganya. Terdiri dari beberapa kolam dan ruang santai. Ini adalah tempat beristirahat dan pelesir jaman dulu. Jaman dulu tempat ini dikelilingi danau sehingga raja dan keluarganya harus naik perahu dari istananya menuju kesini. Sayang sekarang danau itu sudah dihilangkan dan diganti dengan pemukiman bagi para abdi dalem.

20120329-180640.jpg

Di sebelah selatan Kraton terdapat alun-alun Kidul yang sangat terkenal, dimana di tengah alun-alun terdapat sepasang beringin kembar. Ada kepercayaan setempat dimana jika seseorang ditutup matanya mampu berjalan melewati ruang antara dua beringin kembar tersebut, maka keinginannya akan tercapai. Saya tidak bisa hehehe. Lalu saat malam libur tiba, di sepanjang jalan yang mengelilingi alun-alun penuh dengan berbagai kendaraan yang dihias dengan lampu beraneka warna. Kendaraan yang dikayuh seperti becak/sepeda tandem ini disewakan dengan harga sekitar 25 ribu rupiah satu putaran.

20120329-181027.jpg

Pantai Parangtritis

Pantai di selatan kota Jogja yang sangat terkenal dengan legenda Ratu Pantai Selatan ini sangat indah. Tak kalah dengan pantai di tempat-tempat lain di Indonesia. Pasirnya yang halus. Pemandangannya yang indah. Dan orang-orangnya yang ramah. Salah satu yang membedakan dari pantai-pantai terkenal lainnya adalah disini belum ada hotel dan villa-villa yang mewah. Sehingga masyarakat kalangan atas kurang berminat untuk mengunjungi dan menginap di kawasan ini. Selain itu, ombak yang cukup tinggi membuat pantai ini kurang terkenal di kalangan peselancar. Jika ingin berenang di pantai, hati-hati dengan ombak yang besar tersebut. Sebaiknya jangan terlalu ke tengah, karena konon arus bawah airnya cukup berbahaya.

Di musim liburan, pantai ini sangat ramai dikunjungi oleh wisatawan domestik. Yang khas disini adalah adanya dokar/sado/andong/kereta kuda yang siap untuk membawa wisatawan berkeliling kawasan pantai. Juga ada permainan terjun payung dari atas bukit yang mengelilingi pantai. Di pinggiran pantai juga dibuat kolam renang mini untuk anak-anak yang ingin berenang.

Oya, sunset disini juga tak kalah indah. Coba lihat perbandingan antara sunset di Parangtritis (atas) dengan sunset di Kuta (bawah). Sama indahnya kan?

20120329-175622.jpg

Borobudur

Borobudur memang tidak terletak di Jogja, melainkan di Magelang, kira-kira 35 km di sebelah barat laut Jogja. Namun Candi Buddha terbesar di dunia ini telah menjadi kebanggaan masyarakat Jogja juga. Konon Magelang berasal dari kata Maha Gelang. Artinya gelang yang sanggat besar. Magelang memang dikelilingi oleh beberapa gunung, seperti Gunung Sindoro, Sumbing, Tidar, bukit Menoreh, dan tentu saja Gunung Merapi yang baru saja meletus beberapa tahun lalu. Saat kita berada di Borobudur, kita bisa melihat deretan pegunungan yang mengitari candi ini.

Borobudur dibangun sekitar abad ke-9 oleh seorang yang bernama Gunadharma. Pembangunan berlangsung selama hamper 60 tahun. Material candi berasal dari batu-batuan di gunung Merapi. Batu-batu tersebut dibawa ke lokasi dengan cara dilewatkan sungai. Dan disusun menjadi sebuah candi dengan menggunakan teknologi tradisional, yaitu menggunakan system ‘pengunci’, sehingga tidak roboh berantakan. Konon karena bencana alam letusan gunung Merapi, Borobudur sempat ‘hilang’ dan ditinggalkan mengungsi oleh penduduk sekitarnya, dan baru ‘ditemukan’ lagi oleh Raffles, seorang Gubernur Jenderal Inggris pada tahun 1814. Pada tahun 1975, Borobudur akhirnya dipugar untuk diselamatkan. Proses pemugaran berjalan bertahap selama hampir 7 tahun. Pemugaran diusahakan menjaga keaslian bangunan candi. Namun karena berbagai alasan akhirnya terpaksa ada beberapa bagian yang ditambah dengan material baru yang juga diambil dari batu-batu di kawasan gunung Merapi.

Saat ini Borobudur masih digunakan sebagai tempat ziarah dan suci bagi umat Buddha. Dan candi ini sudah diakui oleh UNESCO sebagai salah satu warisan budaya dunia (World Herritage Site). Di lorong-lorong di setiap tingkatan candi bisa ditemui relief-relief yang menggambarkan kehidupan Sang Buddha lengkap dengan ajaran-ajarannya mengenai kehidupan. Konon juga, lingkungan di sekitar Borobudur dulunya merupakan danau yang luas, dan Borobudur dibangun tepat di tengah danau, melambangkan bunga teratai yan mengapung di tengah danau.

Di kawasan Borobudur ini sudah dibangun taman yang indah dan hijau. Di sebelahnya juga terdapat hotel yang awalnya diperuntukkan bagi peziarah yang datang ke Borobudur. Konon suasana saat matahari terbit di Borobudur sangat indah. Namun untuk itu kita harus datang ke candi ini sebelum pukul 5 pagi. Dan tentu ada biaya tambahan sekitar 250 ribu, di luar tiket resmi sebesar 30 ribu rupiah. Sejak tahun lalu, siapapun yang masuk ke dalam kawasan Candi Borobudur harus mengenakan kain batik. Peraturan ini ditetapkan untuk mengingatkan pengunjung untuk menghormati candi sebagai tempat bersejarah.

20120329-175405.jpg

Prambanan

Candi Prambanan terletak sekitar 20 km di sebelah timur pusat kota Jogja. Candi ini merupakan candi Hindu terbesar di Indonesia, yang dibangun sekitar abad ke 9. Totalnya sebenarnya ada 240 candi di kompleks Prambanan ini. Namun candi utama hanya ada 8 buah, terletak di tengah kompleks. Candi utama dan terbesar adalah Candi Siwa, yang terletak tepat di tengah-tengah kompleks.

Kawasan sekitar Candi terlihat sangat menawan. Walaupun sisa-sisa kerusakan akibat gempa masih terlihat disana sini, namun hal tersebut tidak mengurangi keindahannya. Setiap saya datang kesini, selalu terasa ada suasana magis yang melingkupinya. Pada malam-malam tertentu di pelataran Candi Prambanan ini diadakan pagelaran sendratari Ramayana. Perpaduan antara permainan cahaya dan seni tari tersebut sangat memikat. Sayang sekali karena waktu sangat sempit kali ini saya terpaksa melewatkan acara tersebut. Tapi lain kali saya pasti akan datang dan menontonnya lagi.

20120329-175528.jpg

Di setiap sudut Jogjakarta sarat dengan sentuhan seni yang dalam. Perpaduan antara seni, keramahan, dan ketenangan itulah yang membuat saya rindu untuk selalu kembali padanya.

*semua foto adalah koleksi pribadi

6 comments

Leave a comment