Forty Trip Part 1: PREPARATION


Tiap tahun gue selalu ambil cuti tiap hari ulang tahun, untuk memberikan penghormatan dan penghargaan kepada diri sendiri. Dulu gue cuma diem di rumah saja, tapi beberapa tahun terakhir lebih banyak memilih untuk berlibur keluar kota. Untuk itu, agenda menabung jadi harus lebih digiatkan hahaha. Tahun lalu gue pergi ke Hanoi (baca ceritanya di sini). Tahun ini gue pengen pergi ke tempat yang agak jauh. Seperti gue ceritakan sebelumnya, gue gak terlalu suka daerah panas kecuali ke pantai. Kali ini mood gue gak terlalu pengen ke pantai, jadi harus cari tempat yang agak dingin tapi gak terlalu jauh. Pilihan yang paling tepat adalah bersantai di Australia yang sedang musim dingin di pertengahan tahun seperti ini.

Awalnya agak ragu-ragu karena gue pikir kan pengurusan visa pasti sulit. Tapi setelah baca di sini (thanks mas Arief), ternyata caranya lumayan gampang karena bisa diwakilkan lewat travel agent. Di bulan April gue sudah menghubungi travel agent, namun disarankan untuk menunda proses pengurusan sampai kira-kira sebulan sebelum keberangkatan. Hal tersebut dikarenakan visa yang diberikan oleh kedutaan Australia berlaku antara 3 bulan sampai 3 tahun. Mereka khawatir jika nantinya gue dapat visa selama 3 bulan doang, maka pada saat keberangkatan gue di akhir Juli visa tersebut sudah habis masa berlakunya.

Kira-kira akhir Juni gue yang sudah siap dengan semua dokumen kembali menghubungi travel agent tersebut untuk membantu pengurusan. Ternyata cukup mudah dan cepat. Kurang lebih satu minggu, visa sudah jadi dan surprisingly gue dapat visa yang bisa digunakan selama 3 tahun. Oya, untuk Australia visanya gak ditempel di paspor ya. Biasanya ada print out persetujuan visa, tapi ini sih buat disimpan saja. Data kita sudah langsung masuk ke database pihak imigrasi Australia, jadi pada saat pemeriksaan imigrasi di airport petugasnya tinggal cek di komputer aja.

Dokumen-dokumen yang gue siapin:

1. Paspor dengan masa berlaku minimal 7 bulan

2. Pass photo berwarna ukuran 4×6 sebanyak 2 lembar

3. Surat sponsor dari perusahaan dengan kop surat dan bertanda tangan

4. Copy bukti keuangan 3 bulan terakhir. Sebaiknya di tabungan terlihat ada dana secukupnya

5. Copy KK, KTP, akte lahir

6. Tanda tangan di formulir 1419 dan 956A. Gak perlu diisi, cukup tanda tangan. Nanti pihak travel yang akan membantu mengisikan.

Kalau pernah baca postingan gue mengenai pengalaman jalan-jalan, pasti sudah tahu kalau gue bukan tipe backpacker traveller tapi juga bukan tipe luxury traveller. Gue pilih di tengah-tengah, deh. Cari harga yang terjangkau kantong, tapi tanpa perlu mengorbankan kenyamanan. Gue juga gak terlalu suka group tour. Group tour biasanya malah bikin jalan-jalan jadi gak bebas karena harus kompromi dengan banyak orang. Gue juga gak terlalu suka dorm hostel karena gue termasuk orang yang agak sensitif dalam menjaga privasi. Namun tentu saja gue tetep pakai budget hotel dan budget airlines.

Setelah visa keluar, baru gue mulai mempersiapkan perjalanan (itinerary, tiket pesawat, hotel, dll). Itinerary umum harus diputuskan sejak awal karena berkaitan dengan hotel dan tiket. Untuk pesawat, gue naik Air Asia dengan rute Jakarta-Denpasar-Sydney dan Melbourne-Kuala Lumpur-Jakarta. Untuk Sydney-Melbourne gue naik Jet Star. Semuanya budget airlines. Untuk mendapatkan harga yang terbaik saat itu, gue harus itung-itungan dengan tanggal dan jam keberangkatan serta itinerary selama di Sydney dan Melbourne. Jadi tiket pesawat dibeli dulu, baru detail itinerary disiapin belakangan hahaha.

Untuk hotel, kebetulan gue sudah lama jadi member salah satu jaringan hotel, sehingga booking hotel bisa dilakukan dengan lebih mudah dan harga lebih murah (pake diskon member dong hahaha). Gue akan tinggal 4 malam di Sydney dan 4 malam di Melbourne. Di Sydney nanti di Ibis Budget Sydney East di St. Williams Street, sementara di Melbourne nanti di Mercure Melbourne Therry Street dekat Victoria Market. Lokasi hotel sangat penting karena konon transportasi di Australia adalah salah satu yang termahal di dunia. Dengan tinggal di lokasi yang tepat, ke mana-mana bisa jalan kaki dan tentunya hemat ongkos transportasi. Dua hotel tersebut kebetulan masih berada di downtown namun harganya cukup terjangkau.

Ada hal-hal yang harus diperhatikan dalam kunjungan ke Australia. Yang pertama, semua jenis makanan gak boleh dibawa masuk ke Australia. Hal ini merupakan peraturan resmi dan kalau akhirnya kelupaan membawa makanan harus di-declare di custom. Demikian juga dengan rokok. Maksimal hanya boleh bawa 50 batang atau kira-kira 3 pak. Lebih dari itu, harus declare di custom. Obat-obatan tradisional juga sebaiknya gak dibawa kecuali memang ada resep dokternya. Produk-produk dari tanaman misalnya kayu-kayuan juga harus di declare. Yang penting di sini adalah mengisi form declaration sebenar-benarnya. Kelak di custom ada kemungkinan koper kita dibongkar. Kalo ditemukan produk terlarang dan gak ada di form declaration bakalan kena denda yang lumayan.

Salah satu yang selalu gue lakukan sebelum melakukan perjalanan adalah memastikan cuaca dan temperatur di tempat tujuan. Kebetulan di bulan Juli-Agustus ini Australia sedang berada di musim dingin. Jadi baju untuk musim dingin seperti jaket, sweater, tutup kepala, sarung tangan, termasuk long john jadi barang yang wajib untuk masuk koper. Payung lipat juga perlu dibawa karena ramalan cuaca mengatakan akan turun hujan di waktu-waktu tertentu.

Oya, jangan lupa juga untuk tukar uang dulu sebelum berangkat. Di liburan kali ini 1 AUD kira-kira setara dengan 10 ribu IDR.

Now my bags are packed and I’m ready to go. Tunggu cerita liburan gue beserta foto-fotonya di postingan berikutnya ya. Ciao

One comment

Leave a comment